REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga Oxfam International memperkirakan terdapat penambahan antara 200 hingga 500 juta warga miskin di seluruh dunia tahun lalu. Ia menyebut diperlukan waktu lebih dari 10 tahun bagi mereka untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Temuan itu dirilis saat Forum Ekonomi Dunia dihelat di Davos, Swiss, Senin (25/1). Dalam survei terhadap 295 ekonom dari 79 negara, Oxfam menemukan 87 persen responden memperkirakan ketimpangan pendapatan di negara mereka akan meningkat atau semakin menjulang akibat pandemi.
Menurut laporan Oxfam, orang-orang yang miskin terpukul lebih parah akibat pandemi. Efeknya dirasakan oleh perempuan, orang kulit hitam, keturunan Afro, penduduk asli atau pribumi, dan komunitas yang secara historis terpinggirkan serta tertindas di seluruh dunia.
"Kesenjangan yang dalam antara yang kaya dan yang miskin terbukti sama mematikannya dengan virus. Perjuangan melawan ketidaksetaraan harus menjadi inti dari upaya penyelamatan serta pemulihan ekonomi," kata Direktur Eksekutif Oxfam International Gabriel Bucher, dikutip laman Aljazirah.
Oxfam menyebut resesi telah berakhir bagi miliarder terkaya di dunia. Mereka telah mengganti kerugiannya dalam waktu sembilan bulan sejak pandemi mulai menyebar ke seluruh dunia.
"1.000 miliarder teratas, terutama pria kulit putih, telah memulihkan semua kekayaan yang telah hilang, bahkan saat ekonomi riil menghadapi resesi terdalam dalam satu abad," kata Oxfam dalam laporannya.