REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran telah meminta Indonesia memberikan detail atau rincian tentang penyitaan kapal tanker berbendera negaranya di wilayah perairan Kalimantan. Kapal tersebut diketahui disita dengan kapal berbendera Panama.
Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, penyitaan tersebut terjadi karena masalah teknis dan terkait dengan bidang perkapalan. "Organisasi pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari penyebab masalah dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers pada Senin (25/1).
Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh sudah turut mengomentari penyitaan kapal tanker berbendera negaranya oleh Indonesia. "Kapal itu membawa minyak, masalah tersebut sedang ditindaklanjuti oleh Iran," ucapnya.
Kapal tanker berbendera Iran yang disita Indonesia bernama MT Horse. Kapal itu ditahan bersama kapal tanker berbendera Panama yakni MT Freya. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Juru Bicara Bakamla Wisnu Pramandita mengungkapkan kedua kapal ditangkap di perairan lepas Kalimantan saat sedang melakukan transfer minyak.
"Kapal tanker pertama kali terdeteksi pada pukul 05.30 waktu setempat (pada 23 Januari) menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis, dan tidak menanggapi panggilan radio," kata Wisnu dalam keterangannya pada Ahad (24/1).
Wisnu mengungkapkan kedua kapal tersebut akan dikawal menuju Batam, Riau, untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebanyak 61 awak yang terdiri dari warga negara Iran dan China telah ditahan. MT Horse dan MT Freya sama-sama mampu menampung dua juta barel minyak.
Kedua kapal supertanker itu terakhir kali terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura. Menurut data MT Horse, yang dimiliki National Iranian Tanker Company (NITC), kapal hampir terisi penuh dengan minyak. Sementara MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, tak membawa muatan.
Tahun lalu, Iran mengutus MT Horse ke Venezuela untuk mengirimkan 2,1 juta barel minyak. Langkah itu sebenarnya melanggar sanksi yang telah dijatuhkan Amerika Serikat (AS). Namun Teheran tetap melakukannya.
Iran telah dituduh menyembunyikan tujuan penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya. Dengan demikian sulit menilai berapa banyak ekspor minyak mentah Teheran karena berupaya melawan sanksi AS.