REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Kementerian Luar Negeri China menyatakan keberadaan Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan tidak baik untuk perdamaian. Washington dinilai mengirim kapal dan pesawat ke wilayah itu dengan cara menakuti secara terbuka.
"Amerika Serikat sering mengirim pesawat dan kapal ke Laut China Selatan untuk menakuti, " kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Zhao Lijian, Senin (25/1).
Grup kapal induk AS yang dipimpin oleh USS Theodore Roosevelt dan didampingi oleh tiga kapal perang memasuki jalur air pada Sabtu (24/1). Menurut militer AS, keberadaan armada itu untuk mempromosikan kebebasan laut.
“Ini tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Zhao.
China telah berulang kali mengeluh tentang kapal Angkatan Laut AS yang mendekati pulau-pulau yang didudukinya di Laut China Selatan. Wilayah itu juga diklaim oleh Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei, dan Taiwan.
Kelompok pengangkut memasuki Laut China Selatan pada saat yang sama ketika Taiwan melaporkan serangan oleh jet angkatan udara ke bagian barat daya zona identifikasi pertahanan udaranya. Kondisi ini memicu kekhawatiran dari AS.
Zhao menegaskan kembali posisi Beijing bahwa Taipei adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari daratan. Washington pun diminta harus mematuhi prinsip "satu China".
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengunjungi pangkalan radar di utara pulau itu pada Senin. Dia memuji kemampuan armada yang dimiliki dapat melacak pasukan China.
"Dari tahun lalu hingga sekarang, stasiun radar kami telah mendeteksi hampir 2.000 pesawat komunis dan lebih dari 400 kapal komunis, memungkinkan kami untuk dengan cepat memantau dan mengusir mereka, dan sepenuhnya menjaga laut dan wilayah udara," ujar Tsai.
Kementerian Pertahanan Taiwan menambahkan bahwa hanya satu pesawat China yang terbang ke zona pertahanannya pada Senin. Armada itu adalah pesawat anti-kapal selam Y-8.
AS seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Namun, Washington merupakan pendukung internasional dan pemasok senjata utama Taipei sehingga membuat Beijing marah.