Selasa 26 Jan 2021 09:06 WIB

Keragaman Etnik Warnai Proses Sidang Pemakzulan Trump

Anggota House harus buktikan Trump bersalah dan dilarang memegang jabatan publik lagi

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Ketua DPR Nancy Pelosi menandatangani dokumen pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump di Capitol Hill, di Washington, Rabu (13/1). DPR Amerika Serikat memutuskan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump, atas hasutan pemberontakan dalam kerusuhan yang terjadi di gedung Capitol Hill pekan lalu. Pemakzulan itu menjadikan Trump sebagai presiden pertama dalam sejarah AS, yang dimakzulkan sebanyak dua kali.
Foto: AP/Alex Brandon
Ketua DPR Nancy Pelosi menandatangani dokumen pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump di Capitol Hill, di Washington, Rabu (13/1). DPR Amerika Serikat memutuskan untuk memakzulkan Presiden Donald Trump, atas hasutan pemberontakan dalam kerusuhan yang terjadi di gedung Capitol Hill pekan lalu. Pemakzulan itu menjadikan Trump sebagai presiden pertama dalam sejarah AS, yang dimakzulkan sebanyak dua kali.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sembilan anggota House of Representatives yang memimpin sidang pemakzulan Donald Trump mencerminkan Amerika Serikat (AS). Mereka berasal dari berbagai latar belakang, ras, etnik, dan gender. Kondisi ini bertolak belakang dari nasionalis kulit putih yang menyerang Capitoll Hill pada 6 Januari lalu.

Trump mendorong pengikutnya untuk 'melawan' hasil pemilihan umum yang dimenangkan Joe Biden. Ribuan pendukungnya yang sebagian membawa spanduk dengan simbol rasialis dan anti-Semit menyerang Kongres untuk mencegah lembaga parlemen meresmikan kemenangan Biden.

Baca Juga

Satu pekan kemudian House of Representatives kembali memakzulkan Trump. Ia didakwa menghasut pemberontakan. Sembilan anggota House yang akan menyampaikan argumen di sidang pemakzulan tersebut atau disebut manajer pemakzulan, mencerminkan masyarakat AS yang kian beragam.

Antitesis dari nasionalis kulit putih yang menyerang Kongres, Ketua House Nancy Pelosi memilih sembilan pakar dengan latar belakang hukum pidana, hukum konstitusi, hukum federal, dan negara bagian.

Mereka antara lain Stacey Plaskett dan Joe Neguse yang berkulit hitam, Joaquin Castro keturunan Latin, Ted Lieu keturunan Asia, dan David Cicilline anggota parlemen yang terbuka dengan homoseksualitasnya. Tim itu di pimpin keturunan Yahudi, Jamie Raskin.    

"Ini kelompok anggota Kongres yang benar-benar mencerminkan negara ini," kata Castro, Senin (25/1).

Ia mengatakan selama dua tahun terakhir ia melawan Trump dan pemerintahannya yang membuat seakan-akan imigran dan warga kulit coklat adalah orang jahat. "Tidak melakukan apa-apa artinya mendorong presiden selanjutnya menggunakan sentimen yang serupa," kata anggota Kongres asal Texas itu.

Para sembilan anggota House itu harus membuktikan pada 100 anggota Senat bahwa Trump harus divonis bersalah dan dicegah untuk kembali memegang jabatan publik lagi. Sebab ia memprovokasi pendukungnya termasuk milisi bersenjata kulit putih.

Sejumlah orang yang menyerang Capitol Hill mengenakan simbol-simbol supremasi kulit putih. Salah satu perusuh mengenakan kaos bertuliskan 'Camp Auschwitz'.

"Tim manajer kami dapat berbicara mengenai kejahatan nasionalisme kulit putih yang selalu didorong atau terkadang dipuji presiden," kata anggota House Adam Schiff yang memimpin sidang pemakzulan Trump yang pertama.

Anggota tim manajer mengatakan masalah yang mendorong kasus ini seharusnya menjadi urusan semua masyarakat AS dari berbagai latar belakang. Raskin mengatakan latar belakang para manajer atau keyakinan perusuh bukan inti dari sidang pemakzulan.

"Kejahatan terhadap Republik ini tetap sebuah kejahatan terlepas dari ideologi dan bendera yang dibawa," kata anggota House yang mewakili Negara Bagian Maryland itu.

"Massa bersorak 'Gantung (mantan wakil presiden) Mike Pence, gantung Mike Pence' dan menyebutnya pengkhianat, Mike Pence bukan Afrika-Amerika atau anggota kelompok rasial atau etnik tertentu, bukan sepengetahuan saya," tambahnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement