REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi menegaskan akan mendukung dan membantu mengembangkan inovasi pertanian di masyarakat. Salah satunya pertanian jeruk dekopon yang saat ini menjadi favorit di daerah.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pemkab harus bisa membantu petani mengembangkan aneka varietas tanaman. Hal itu terutama tanaman yang memiliki nilai jual tinggi. Untuk itu, Anas meminta Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi untuk lebih intensif mendampingi para petani jeruk fekopon
Anas menyatakan, saat ini Pemkab Banyuwangi telah memberikan subsidi pupuk organik gratis seluas 400 hektare per kecamatan untuk tanaman pangan. Kemudian juga untuk ratusan hektare per kecamatan pada tanaman hortikultura. "Program ini juga telah berlangsung pada 2020," kata Anas dalam siaran di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (25/1).
Dengan pemberian pupuk organik gratis, Anas berharap, dapat membantu kebutuhan pupuk petani. Bantuan pupuk juga harus dinikmati para petani jeruk di daerah Tegaldlimo. Saat ini, sejumlah petani Banyuwangi sedang getol mengembangkan jeruk dekopon yang sedang menjadi primadona.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi, Arief Setiawan menyebutkan, kondisi lahan di Banyuwangi cocok untuk pengembangan jeruk dekopon. Perawatannya juga cukup mudah dan sama dengan jeruk lainnya.
Jeruk yang berasal dari Jepang tersebut memiliki harga jual yang cukup tinggi. Petani setidaknya bisa membanderol jeruk Rp 50 ribu per kilogram (kg). Petani dari Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Sukarwo mengaku, permintaan jeruk dekopon sangat tinggi. Ia acap memenuhi permintaan sejumlah langganan dari Jakarta dan Surabaya.
"Juga sejumlah kota lainnya," ucapnya. Sujarwo menjelaskan, jeruk dekopon biasanya mulai berbuah di usia tiga tahun. Produktivitasnya bisa mencapai 50 sampai 80 kilogram per pohon dalam satu tahun. Jeruk ini berbuah tidak berdasarkan musim seperti jeruk Siam pada umumnya.