Selasa 26 Jan 2021 13:46 WIB

Penerimaan Warga untuk Vaksinasi Turun ke Angka 50 Persen

Turunnya angka penerimaan warga akibat banyaknya hoaks vaksinasi Covid-19

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 Sinovac yang akan diberikan pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta.  Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny BU menyebut hasil survei tingkat penerimaan masyarakat Indonesia terhadap vaksin Covid-19 terus menurun.
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 Sinovac yang akan diberikan pada tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny BU menyebut hasil survei tingkat penerimaan masyarakat Indonesia terhadap vaksin Covid-19 terus menurun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Donny BU menyebut hasil survei tingkat penerimaan masyarakat Indonesia terhadap vaksin Covid-19 terus menurun.

Ia mengungkap, sebelumnya berdasarkan riset WHO, Kementerian Kesehatan dan Unicef  tingkat penerimaan vaksinasi pada November 2020 sebanyak 64,8 persen masyarakat bersedia divaksin, lalu yang sama sekali tidak mau divaksinasi 7,6 persen dan masyarakat yang menjawab tidak tahu 27,6 persen.

Baca Juga

"Itu sedikit loh, kenapa, karena sekarang survei terbaru itu sudah mendekati angka 50 persen, semakin sedikit loh orang yang siap atau menerima untuk divaksin," ujar Donny dalam Webinar KPCPEN tentang peran Serta dalam Melawan Hoaks Vaksinasi Covid-19, Selasa (26/1).

Donny mengatakan, terus menurunnya angka penerimaan vaksinasi di masyarakat lantaran serangan hoaks yang begitu massif terkait vaksinasi. Ia menjelaskan, masih berdasarkan survei, masyarakat mengaku enggan divaksinasi karena ragu terhadap keamanan, kehalalan dan efek samping vaksin Covid-19.

Bahkan, meskipun BPOM telah mengeluarkan izin edar vaksin dan MUI mengeluarkan fatwa kehalalan, masyarakat masih memiliki pandangan serupa.

"Itu karena di internet dan media sosial itu ada informasi yang kontennya menimbulkan keraguan keraguan, yang buat ketidakpastian," kata Donny.

Donny melanjutkan, survei yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan juga Kata Data yang dirilis pada November, menyebut media sosial menjadi sumber informasi paling tinggi bagi masyarakat.Padahal, Berdasarkan survei juga, saluran penyebaran disinformasi atau hoaks pertama paling tinggi itu sosial media.

"Sejak awal WHO mengatakan, yang kita lawan ini bukan cuma virus, tapi juga virus informasi hoaknya, bukan cuma penyakit tapi disinformasinya," ujarnya.

Padahal, Donny mengatakan vaksiansi akan berhasil bisa mencapai kekebalan jika mencapai angka 60-70 persen. Sementara, berdasarkan survei angka penerimaan vaksin di Indonesia masih sedikit.

"Kalau semakin sedikit, maka Covid-19 tidak akan pergi dari Indonesia, kita akan begini begini aja, WFH-WFH tetap banyak, toko toko tutup, bisnis bisa bisnis bangkrut," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement