Selasa 26 Jan 2021 15:34 WIB

Mendag Upayakan Indonesia Ekspor Barang Berteknologi Tinggi

Kerjasama perdagangan internasional di Tanah Air sudah semakin meningkat.

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (15/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2020 sebesar 16,54 niliar dolar AS, meningkat 8,39 persen dibanding ekspor November 2020 (month to month) dan meningkat 14,63 persen dibanding Desember 2019 (year on year).
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (15/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2020 sebesar 16,54 niliar dolar AS, meningkat 8,39 persen dibanding ekspor November 2020 (month to month) dan meningkat 14,63 persen dibanding Desember 2019 (year on year).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berupaya agar Indonesia dapat menjadi pengekspor barang industri berteknologi tinggi. Dengan begitu, ke depannya tidak lagi dianggap sebagai pengekspor barang mentah atau setengah jadi.

Maka, kata dia, diperlukan kecanggihan dalam ekspor Indonesia. "Dalam perdagangan, yang akan menopang produk domestik bruto atau PDB adalah konsumsi, ekspor, dan impor," ujar Lutfi dalam diskusi Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Selasa (26/1).

Menurutnya, kini ekspor Indonesia akan menjadi tren. "Maka kita perlu membuka untradisional market," katanya. 

Lutfi juga mengungkapkan, kerjasama perdagangan internasional di Tanah Air sudah semakin meningkat. Dengan begitu bisa menaikkan pangsa ekspor.  "Saat saya menjadi Mendag dulu, kita cuma punya CEPA dengan Jepang. Lalu punya skema Asian dan preferensial trade agreement sama Pakistan. Sekarang kita punya dengan Australia, Swiss, Norway, Islandia," ujar dia.

Pada kesempatan itu, Lutfi berjanji akan memperbaiki arus barang yang masuk ke Tanah Air. Di antaranya melalui perbaikan tata kelola dari sektor perdagangan.  Ia memastikan, sebanyak 70,3 persen dari barang impor siap melayani industri. "Jika semua industri siap, pemerintah akan siapkan konsumsi supaya bisa berjalan baik," tuturnya.

Dirinya juga bakal berkomunikasi dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Keuangan. Sebab, sektor perdagangan membutuhkan insentif."Bukan hanya insentif berupa finansial. Melainkan insentif kepercayaan kepada pasar untuk membeli lagi," jelas Lutfi. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement