REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON - Selandia Baru dan China menandatangani kesepakatan peningkatan pakta perdagangan bebas mereka yang telah ada pada Selasa. Kesepakatan ini memberikan akses yang lebih besar bagi ekspor dari negara Pasifik itu ke ekonomi terbesar kedua di dunia.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern membenarkan penandatanganan kesepakatan perdagangan yang diperluas dengan China, mencatat signifikansinya di tengah pandemi. Kesepakatan itu datang ketika Beijing berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai pendukung kuat multilateralisme setelah perang perdagangan yang memar dengan Amerika Serikat dan ketika virus corona membuat perbatasan internasional ditutup.
"China tetap menjadi salah satu mitra dagang terpenting kami. Agar ini tetap berlangsung selama krisis ekonomi global akibat Covid-19 menjadikannya sangat penting," kata Ardern dalam konferensi pers.
Perjanjian tersebut memperluas kesepakatan perdagangan yang ada dengan China dan memastikannya tetap sesuai untuk tujuan selama dekade berikutnya. Demikian kata menteri perdagangan Selandia Baru Damien O’Connor dalam sebuah pernyataan.
Berdasarkan kesepakatan baru, tarif untuk banyak ekspor Selandia Baru yang sebagian besar berbasis komoditas yang meliputi produk susu, kayu, dan makanan laut, akan dihapus atau dipotong. Compliance costs (semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mematuhi peraturan industri) juga akan dikurangi.