REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus mendorong usaha pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal dalam program hilirisasi mineral. Salah satunya melalui pembangunan Politeknik yang terintegrasi dengan industri, seperti yang dilakukan oleh PT Virtue Nickel Dragon Industry (VDNI) di Sulawesi Tenggara.
Penasehat Khusus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Prof. Yohanes Surya mengatakan, politeknik ini bisa menjadi salah satu bagian transfer teknologi yang dilakukan perusahaan agar nantinya bisa menggantikan tenaga kerja asing yang bekerja di pabrik. Politeknik tersebut akan berada di dalam area Kawasan Industri Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara.
”Kalau ada tenaga asing yang saat ini mungkin masih ada, kita harapkan begitu Politeknik berdiri dan begitu sudah ada lulusannya, tenaga-tenaga asing itu sudah tidak perlu lagi, semua adalah tenaga lokal,” ujar Prof. Yohanes Surya dalam keterangannya, Selasa (26/1).
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan semua fasilitas yang diberikan mulai dari kurikulum hingga pengajarnya disiapkan agar sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Ia meminta Pemda setempat untuk memperhatikan bersama-sama hal tersebut dengan perusahaan yang ada di sana. Sehingga SDM yang ada di wilayah tersebut bisa meningkat kemampuannya.
“Politeknik ini akan dibangun secara internasional dan dosen-dosennya pun dosen yang hebat-hebat. Sehingga kalau dosennya sudah bagus, kurikulumnya bagus, INTEK-nya ini kita persiapkan. Jadi dari lulusan SMA kita mungkin kasih matrikulasi dulu, persiapkan dulu sebelum nantinya masuk Politeknik,” kata Prof. Yohanes.
Dengan adanya politeknik di Kawasan Industri Morosi, diharapkan dapat menciptakan SDM lebih baik lagi dan mereka harus mampu berkerja sama dengan semua institusi pendidikan baik di dalam maupun luar negeri.
“Kita harapkan Politeknik ini bisa bekerja sama tidak hanya dengan yang ada di Indonesia, bahkan yang kita harapkan dengan Politeknik atau Universitas top yang ada di Tiongkok, sehingga kita bisa ambil ilmunya mereka,” lanjutnya.
Pasalnya, kata dia, ketika ada institusi pendidikan yang mampu bekerja sama dengan Universitas di luar yang mampu memecahkan masalah. Masalah tersebut, selama ini tidak bisa dicapai oleh Indonesia seperti rare earth atau logam tanah jarang yang sudah mampu diolah oleh Tiongkok.
“Misal kalau kita mau ke arah sana gitu ke depannya bisa aja. Sebab kan di dalam nikel kan juga banyak logam tanah jarangnya dan lainnya gitu. Itu yang kita harapkan ke depannya kerja sama dengan perusahaan Cina, katakanlah saya bekerja sama dengan perusahaan maupun universitas di China atau di sini juga dengan UI, ITB, dan lain-lain bersama-sama membangun ini," ujar dia.
Yohanes berharap Politeknik tersebut dapat menjadi Politeknik bertaraf internasional yang bisa jadi pendorong universitas lain untuk bangkit. Dengan keberadaan Politeknik yang akan diberi nama Virtue Dragon Institute of Technology tersebut diharapkan bisa menjadi pendorong dan mengangkat kualitas perguruan tinggi lainnya yang berada di wilayah tersebut.