REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah akan terus menggali potensi migas nonkonvensional di Indonesia, antara lain dengan mendorong kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional. Pemerintah berkomitmen akan memfasilitasi kerja sama tersebut.
"Khusus untuk minyak nonkonvensional, kita harapkan lembaga-lembaga internasional bisa datang ke Indonesia karena tampaknya potensinya juga sudah diketahui oleh mereka. Kita akan memfasilitasi secara langsung supaya lebih detail, lebih akurat sehingga banyak menghasilkan (migas)," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Aridji, Selasa (26/1).
Menurut Tutuka, potensi migas nonkonvensional Indonesia terbilang besar, terutama di Sumatra basin. "Kita perlu lihat lagi di sana dan secara teori, potensinya diperkirakan sangat besar," tambahnya.
Untuk memastikan potensi migas nonkonvensional ini, perlu dilakukan pengeboran di lokasi-lokasi tersebut. Pemerintah mengharapkan pengeboran dapat dilakukan tahun ini atau setidaknya tahun depan. "Pengeboran sangat penting untuk membuktikan karena potensi tersebut bisa lebih besar dari migas konvensional," tukas Tutuka.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, cadangan migas nonkonvensional yang potensial untuk dikembangkan yaitu Coal Bed Methane sebesar 453 TCF dan Shale Gas 574 TCF. Pengembangan migas nonkonvensional memiliki karakteristik yang berbeda dengan migas konvensional di mana keberhasilan eksplorasi menjadi salah satu kunci sukses utama. Migas nonkonvensional yang telah berhasil dikembangkan salah satunya di Amerika Serikat (AS) sejak tahun 2006.