REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kali pada Selasa (26/1). Gedung Putih mengatakan Biden menyampaikan kekhawatiran tentang kegiatan Rusia termasuk perlakuan terhadap kritikus Kremlin yang dipenjara Alexei Navalny.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengumumkan panggilan telepon antara kedua pemimpin. Dalam panggilan telepon Putin, topik yang dibahas termasuk proposal Biden untuk memperpanjang perjanjian senjata nuklir NEW START dengan Rusia. AS pun menunjukan dukungan kuat untuk kedaulatan Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia yang sedang berlangsung.
Biden menyesuaikan kebijakan AS dengan cara yang lebih kuat terhadap Rusia setelah pendahulunya, Donald Trump, menolak untuk menghadapi Putin secara langsung. Namun, Biden pun berusaha untuk memperbaiki aliansi yang tegang antara AS dan Eropa. Dia menekankan dalam panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bahwa AS akan mematuhi pakta pertahanan bersama dari perjanjian NATO.
"Presiden Biden menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk pertahanan kolektif berdasarkan Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara dan menggarisbawahi komitmennya untuk memperkuat keamanan transatlantik,” kata pernyataan Gedung Putih.
Psaki mengatakan Biden juga mengangkat kasus Navalny yang dipenjara setelah kembali ke Rusia dari Jerman pekan lalu. Kasus ini meningkatkan ketegangan antara Moskow dan Washington.
Biden lebih lanjut menyuarakan keprihatinan kepada Putin tentang campur tangan dalam pemilihan presiden 2020 serta peretasan dunia maya Solar Winds yang disalahkan pada Moskow. Laporan yang menyebut Rusia menawarkan hadiah kepada pemberontak Taliban karena membunuh pasukan AS di Afghanistan pun ikut dibahas.