Rabu 27 Jan 2021 14:06 WIB

3 Bulan Lalu, Penjualan Starbucks Corp Turun 5 Persen

Penjualan Starbuck turun di AS tapi tumbuh positif di China.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Sippy cup membuat pelanggan Starbucks dapat meminum langsung pesanannya tanpa perlu bantuan sedotan.
Foto: Starbucks
Sippy cup membuat pelanggan Starbucks dapat meminum langsung pesanannya tanpa perlu bantuan sedotan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Starbucks Corp pada hari Selasa (26/1) melaporkan penurunan penjualan kuartalan yang lebih besar dari perkiraan. Dampak dari lonjakan baru dalam kasus virus corona di Amerika Serikat membuat pelanggan tetap di rumah dan berpengaruh besar pada penjualan peritel kopi tersebut.

Penjualan toko global rantai kopi terbesar di dunia tersebut turun 5 persen pada kuartal yang berakhir 27 Desember. Kinerja ini lebih buruk dari perkiraan analis yang memproyeksikan penurunan 3,4 persen, menurut data Refinitiv IBES. Saham Starbucks turun sedikit dalam perdagangan yang diperpanjang.

Baca Juga

Gelombang kedua infeksi COVID-19 dan pembatasan yang menyertainya mengganggu rantai pasok kopi. Hal ini menghambat upayanya untuk meningkatkan permintaan melalui peluncuran produk dan drive-thru baru.

Penjualan turun 6 persen untuk wilayah Amerika. Ini juga lebih buruk dibandingkan proyeksi analis yakni penurunan 5,2 persen.

Tetapi di China, pasar pertumbuhan terbesar Starbucks, penjualan naik 5 persen. Ini karena perusahaan diuntungkan dari popularitas program penghargaan dan kembalinya kebiasaan konsumen sebelum virus corona.

Pelanggan juga menghabiskan lebih banyak uang per pesanan. Ini membantu mengimbangi lebih sedikit transaksi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement