REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM menyatakan aktivitas pertambangan bukan penyebab banjir berhari-hari di Kalimantan Selatan (Kalsel). Cuaca ekstrim yang menyebabkan banjir justru dinilai menjadi penghambat pasokan batu bara ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) di sejumlah daerah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menyatakan, luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito di Kalimantan Selatan mencapai 6,2 juta hektare. Sedangkan luas wilayah izin tambang 1,8 juta hektare.
"Namun yang sudah dibuka sampai 2020 adalah 14 ribu hektare dan luas penggunaan lahan tambangnya 10 hektare. Jadi angka-angka itu memperlihatkan luas tambang saat ini (perbandingan lebih kecil) dengan luas DAS Barito," kata Ridwan dalam konferensi pers Rantai Pasok Batu Bara untuk Pembangkit, Rabu (27/1).
Bencana banjir ini, kata Ridwan, justru menyebabkan empat wilayah tambang di Kalimantan Selatan terdampak. Keempatnya adalah yang dikelola PT Prolindo, PT Binuang Mitra Bersama, PT Arutmin Indonesia, dan PT Bhumi Rantau Energi.