Rabu 27 Jan 2021 18:00 WIB

Bill Gates: Negara Miskin akan Tertinggal Dapat Vaksin

Banyak negara-negara mampu mencoba mendapatkan kesepakatan dengan produsen vaksin.

Bill Gates.
Foto: Republika/Prayogi
Bill Gates.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Negara-negara miskin akan tertinggal enam hingga delapan bulan di belakang negara yang lebih kaya dalam mendapatkan akses ke vaksin Covid-19. Demikian menurut filantropi Bill Gates.

Dalam wawancara dengan Reuters, Gates menyebut peluncuran vaksin Covid-19 memberi tekanan pada lembaga global, pemerintah, dan pembuat obat untuk mengatasi persoalan distribusi.  "Setiap politisi berada di bawah tekanan untuk mengajukan tawaran agar negara mereka bisa berada di urutan atas dalam antrean (pasokan vaksin)," kata Gates, Rabu.

Baca Juga

Yayasan Bill dan Melinda Gates sejauh ini telah berkomitmen sebesar 1,75 miliar dolar AS (sekitar Rp24,7 triliun) untuk tanggapan global terhadap pandemi Covid-19, termasuk dana untuk inisiatif berbagi vaksin, COVAX, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan didukung oleh sejumlah produsen vaksin.

COVAX, yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI, bertujuan untuk memberikan 2,3 miliar dosis vaksin Covid-19 hingga akhir tahun, termasuk 1,8 miliar dosis ke negara-negara miskin secara gratis. Fasilitas ini berharap dapat memulai pengiriman bulan depan.

Gates mengatakan, pasokan vaksin melalui COVAX akan "sedang" pada awalnya. "Jumlah total dosis yang akan dimiliki GAVI (dan COVAX) pada paruh pertama tahun ini masih sangat sedang. Ya, mereka akan mendapatkan beberapa dosis, tetapi jika Anda membandingkan kapan mereka akan mencapai persentase cakupan yang sama dengan negara kaya---di situlah menurut saya enam sampai delapan bulan, berdasarkan skenario terbaik," kata dia.

CEO GAVI dan pemimpin bersama COVAX, Seth Berkley, memperingatkan adanya "kepanikan vaksin" dengan banyak negara mengejar kesepakatan bilateral dengan para produsen obat untuk mengamankan pasokan.

Gates mengatakan, tekanan seperti itu tidak membantu, mengingat perusahaan farmasi seperti Pfizer, BionTech, AstraZeneca, dan Moderna semuanya mengembangkan vaksin Covid-19 dalam waktu kurang dari setahun.

"Jika Anda adalah perusahaan farmasi yang tidak membuat vaksin, Anda tidak berada di bawah tekanan. Tetapi orang-orang yang membuat vaksin---merekalah yang diserang," kata Gates.

Dalam lima hingga 10 tahun ke depan, kata Gates, vaksin mRNA akan menjadi lebih cepat dan lebih murah untuk dikembangkan, lebih mudah diukur, dan lebih stabil untuk disimpan,. Pengembangan vaksin jenis ini membuka peluang di masa depan untuk melawan penyakit seperti HIV dan malaria. "Ini membawa harapan baru bagi vaksin yang belum ada---bahwa kita bisa mendapatkannya lebih cepat," kata Gates.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement