REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Amil Zakat Nasional Noor Achmad mengatakan digitalisasi mempermudah umat dan masyarakat untuk menunaikan zakat, terutama saat pandemi COVID-19 karena tanpa berbelit-belit.
"Dalam kaitannya pada masa pandemi ini adalah mendorong pezakat/muzaki dengan tenang, cepat dan tidak berbelit dalam membayar zakat," kata Noor dalam webinar bertema "Ujian Pandemi dan Tantangan Era Digital" dipantau dari Jakarta, Rabu (27/1).
Ia mengatakan Baznas harus menyesuaikan diri dengan era digital sehingga menjadi Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang hadir dan dekat dengan umat serta masyarakat. Dengan begitu, Baznas menjadi tempat tujuan pertama para pembayar zakat.
Baznas akan terus memanfaatkan kanal-kanal digital untuk menggandeng para muzaki. Optimalisasi jaringan media sosial juga terus digenjot agar menjadi upaya "jemput bola" bagi zakat.
"Ada tantangan yang harus kita hadapi. Kita agar cepat bertindak di era digital dengan memanfaatkan semua jaringan-jaringan, alat komunikasi dan antisipasi dengan adanya berbagai cobaan, musibah termasuk di era COVID-19 yang membutuhkan percepatan antisipasinya," kata dia. Baznas pada masa pandemi mampu meningkatkan nilai penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) sebesar 30 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kendati terjadi pandemi, animo masyarakat berdonasi meningkat dengan pada 2020 menghimpun dana ZIS sebesar Rp 385,5 miliar atau meningkat dari Rp 296 miliar pada 2019. Jumlah tersebut setara dengan 101,44 persen dari target penghimpunan ZIS yang ditetapkan pada awal 2020.
Noor Achmad menyampaikan syukur atas pencapaian tersebut. "Pencapaian ini adalah berkat pertolongan Allah kepada bangsa Indonesia. Dengan terhimpunnya dana zakat yang meningkat tajam tahun 2020, memberikan kesempatan pada para muzaki untuk membantu mustahik mengatasi berbagai krisis akibat pandemi melalui Baznas," katanya.