Kamis 28 Jan 2021 05:59 WIB

Mengapa Erdogan Gemar Ziarahi Makam Sahabat Nabi di Turki?  

Erdogan gemar ziarah ke makam sahabat Nabi SAW Abu Ayub Al-Anshari di Turki.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan gemar ziarah ke makam sahabat Nabi SAW Abu Ayub Al-Anshari di Turki
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan gemar ziarah ke makam sahabat Nabi SAW Abu Ayub Al-Anshari di Turki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan biasa melaksanakan sholat di Masjid Eyup Sultan (Masjid Abu Ayyub Al-Anshari) saat acara-acara besar atau setelah kemenangannya dalam pemilihan. 

Masjid ini memiliki simbolisme khusus dalam sejarah Turki. Bahkan, di antara beberapa orang Turki saat ini, Erdogan melakukan sholat Jumat sebelum mengumumkan penemuan ladang gas Turki di Laut Hitam.

Lantas, siapakah Abu Ayyub al-Anshari, dan bagaimana kisah kedatangannya di Istanbul yang kemudian dianggap sebagai simbol pemerintahan Ottoman dalam sejarahnya?

Adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib Abu Ayyub al-Anshari, seorang sahabat dari Bani al-Najjar dari Khazraj. Setelah berimigrasi ke Yatsrib (Madinah), Abu Ayyub menjadi tuan rumah bagi Nabi Muhammad di rumahnya. Dia tinggal bersama Nabi Muhammad sampai dibangun Masjid Nabawi. 

Abu Ayyub Al-Anshari menjalani seluruh hidupnya sebagai penakluk karena dia turut terlibat dalam penaklukan umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan juga setelah wafatnya Nabi SAW. 

Abu Ayyub terus berperang, bahkan ketika dia sangat tua, saat usianya lebih dari 80 tahun. Penaklukan terakhirnya adalah ketika Muawiyah bin Abi Sufyan mempersiapkan pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel yang dipimpin putranya, Yazid, pada 668-670 M. 

Terlepas dari usia Abu Ayyub al-Anshari, dia memang bersikeras untuk berpartisipasi dalam penaklukan tersebut. Dia pun rela menanggung kesulitan berperang dan bepergian jarak jauh. Dia juga ingin menyaksikan langsung penaklukan Konstantinopel.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement