Kamis 28 Jan 2021 11:52 WIB

BAZNAS: Media Penting dalam Kampanye Zakat di Era Digital

Di era digital, para muzaki bisa langsung mendapatkan informasi tentang ZIS.

Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, Prof. Dr. H. Noor Achmad, M.A mengungkapkan pentingnya peran media dalam kampanye zakat, infak dan sedekah (ZIS). Terlebih pada era digital yang terus berkembang ini, peran tersebut perlu diperkuat sehingga makin memudahkan masyarakat dalam menunaikan ibadahnya.
Foto: istimewa
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, Prof. Dr. H. Noor Achmad, M.A mengungkapkan pentingnya peran media dalam kampanye zakat, infak dan sedekah (ZIS). Terlebih pada era digital yang terus berkembang ini, peran tersebut perlu diperkuat sehingga makin memudahkan masyarakat dalam menunaikan ibadahnya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, Prof. Dr. H. Noor Achmad, M.A mengungkapkan pentingnya peran media dalam kampanye zakat, infak dan sedekah (ZIS). Terlebih pada era digital yang terus berkembang ini, peran tersebut perlu diperkuat sehingga makin memudahkan masyarakat dalam menunaikan ibadahnya.

"Di era digital ini, peran media dalam menyampaikan informasi mengenai BAZNAS memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama bagi para calon pemberi zakat atau muzaki. Maka dari itu tagline BAZNAS sekarang ini yakni sebagai pilihan pertama membayar zakat, lembaga utama menyejahterakan umat," kata Noor, dalam sesi webinar dengan tema "Zakat dan Jurnalisme: Ujian Pandemi dan Tantangan Era Digital", pada Rabu (27/1), melalui Zoom dan kanal YouTube BAZNAS TV.

Noor menambahkan, di era digital, para muzaki bisa langsung mendapatkan informasi tentang ZIS. Apalagi saat ini ketika dunia sedang dilanda pandemi covid-19, penggunaan teknologi digital makin tinggi. Sehingga media juga berperan untuk mendorong dan memperkuat muzaki dalam membayar zakat. 

"Muzaki tidak berbelit dan dimudahkan untuk membayar zakat. Tentu saja jaringan media massa dan media sosial yang kita punya, bisa dimanfaatkan bersama-sama," ujarnya.

Tak lupa, Noor juga mengucapkan terima kasihnya kepada seluruh media massa yang telah bersinergi dengan BAZNAS dalam menyebarkan informasi terkait zakat dan peran BAZNAS di tengah masyarakat, seperti yang baru-baru ini dilakukan BAZNAS dalam membantu korban bencana di berbagai tempat.

Acara webinar ini turut dihadiri berbagai tokoh lintas negara, seperti jurnalis senior dari Pakistan, Irfan Ghauri; pakar dari AS, Prof. Muhammad Ali; pakar dari Rusia, Elvira Zamaletdinova. Lalu juga diisi oleh Pimpinan BAZNAS RI, Achmad Sudrajat, Lc, M.A. dan Rizaludin Kurniawan S.Ag., M.Si.

Pembicara lainnya antara lain, Wakil Ketua BAZNAS RI, Mokhamad Mahdum SE, MIDEc, AK, CA, CPA, CWM; Direktur Utama BAZNAS RI, M Arifin Purwakananta; Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi; Direktur TV MU/dosen UMJ, Makroen Sanjaya; dan jurnalis senior The Jakarta Post, Alex Junaidi.

Pakar dari Amerika Serikat, Muhammad Ali membeberkan bagaimana media di Amerika Serikat mulai memberitakan tentang zakat. Citra positif tentang Islam, kata dia, sudah mulai terbangun, dan media massa sangat berperan untuk mengubah citra ini. 

"Washington Post misalnya, memberitakan banyak hal tentang zakat, tentang beberapa hal yang dilakukan oleh organisasi Islam di AS, termasuk beberapa tempat di dunia. Termasuk ada berita tentang Indonesia, dan lainnya. Jadi saya melihat ada perubahan, ada pergeseran citra," katanya.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, dalam paparannya turut membeberkan tentang banjir informasi yang didapat oleh publik, yang mengakibatkan bercampur dengan informasi keliru, serta media massa saat ini yang harus bersaing dengan media sosial.

Dia memandang gerakan zakat memerlukan peran media sebagai ajakan, dan digitalisasi menjadi peluang untuk meluaskan jangkauan."Komitmen kita terhadap zakat, infak, sedekah, dan wakaf tidak bergeser. Kita secara kuat mendorong supaya aktivitas ini menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kampanye zakat ini harus melibatkan media massa, karena kredibilitas dan kepercayaan publik kepada media massa di Indonesia masih tinggi," kata Irfan.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement