Kamis 28 Jan 2021 18:40 WIB

Mengenal Ko Panyi, Desa Terapung Muslim di Thailand

Sejarah Ko Panyi dimulai pada akhir abad ke-18.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Mengenal Ko Panyi, Desa Terapung Muslim di Thailand. Desa terapung Ko Panyi di Thailand yang dihuni mayoritas Muslim.
Foto: Wikipedia/Diego Delso
Mengenal Ko Panyi, Desa Terapung Muslim di Thailand. Desa terapung Ko Panyi di Thailand yang dihuni mayoritas Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Saat membicarakan tentang kota atau desa, kita terbiasa membayangkan wilayah dengan jalan, mobil, bangunan. Namun ternyata ada bentuk lain dari kota atau desa yang jarang terpikirkan, yakni desa terapung.

Desa terapung Ko Panyi jelas tidak cocok dengan gambaran kota atau desa yang biasanya ada di benak orang. Desa ini tersembunyi di sebuah teluk di Selatan Thailand dan dilindungi oleh formasi batuan kapur yang sangat besar setinggi sekitar 20 meter.

Baca Juga

Akan lebih mudah untuk menggambarkan desa ini jika dalam novel fantasi seperti yang ditulis Italo Calvino. Namun, desa ini benar-benar ada dengan konstruksi yang muncul dari air yang ditopang oleh panggung ramping menyerupai kaki flamingo, menampung lebih dari 360 keluarga dan total 1.680 orang.

Dilansir di Arch Daily, Rabu (27/1), sejarah Ko Panyi dimulai pada akhir abad ke-18. Orang-orang di Ko Panyi saat ini dulunya mengikuti undang-undang yang membatasi kepemilikan tanah hanya untuk orang-orang yang berasal dari negara Thailand.

Hal ini yang mendorong nelayan Melayu nomaden untuk memulai pemukiman yang dibangun di atas panggung, memanfaatkan perairan teluk yang tenang dan kaya. Dengan meningkatnya kekayaan masyarakat karena industri pariwisata yang berkembang di Thailand, saat ini menjadi mungkin untuk membeli tanah di pulau itu sendiri.

Mereka kemudian membangun sekolah, pusat kesehatan, dan masjid. Di Ko Panyi, alam menetapkan aturan, dan manusia memahami serta mematuhinya. Saat air sedang pasang dan gelombang yang berbahaya selama musim hujan, mereka akan melakukan emigrasi dari desa.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement