REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Hariadi Kartodiharjo menyebut bencana hidrometeorologi seperti banjir adalah akumulasi permasalahan tata ruang yang sudah terjadi dalam waktu lama. Ini bukan terjadi seketika.
"Ini sebenarnya adalah perubahan yang sifat dasarnya tidak seketika," kata Hariadi Kartodiharjo dalam diskusi virtual tentang permasalahan tata ruang di balik banjir berulang, dipantau dari Jakarta pada Kamis (29/1).
Permasalahan tata ruang itu bisa terjadi bertahun-tahun, kata Hariadi, melampaui sifat dasar kepemimpinan. Implikasinya adalah, berbagai faktor tersebut dikontestasikan jika terjadi bencana, berbagai pihak akan saling melemparkan tuduhan.
Padahal menurut dia, karakteristik dari lokasi bencana tersebut sangat spesifik sehingga apa saja bisa berpengaruh di sana.
"Yang penting saya kira belum diungkap di media juga adalah sifat akumulasinya. Jadi ini bukan tunggal. Tapi terakumulasi dari waktu ke waktu," kata Guru Besar bidang kebijakan kehutanan itu dalam diskusi yang diselenggarakan Thamrin School of Climate Change and Sustainability.
Dia mengandaikan hal tersebut seperti penyakit jantung bukan bawaan. Kebanyakan tidak terjadi seketika. Namun, memiliki periode yang panjang dan dipengaruhi berbagai faktor gaya hidup.
Karena itu, salah satu cara mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut menurutnya adalah keterbukaan informasi akan sektor tata ruang. Itu karena, permasalahan bencana berulang akibat faktor aktivitas manusia tidak dapat diselesaikan satu pihak saja.
"Ini persoalan sulit karena dampak-dampaknya melampaui pertanggungjawaban kerja kita. Yang kita rusak sekarang dampaknya bisa sepuluh tahun lagi. Tapi cara-cara kelembagaan sebenarnya sudah ditemukan untuk memastikan bagaimana itu dikendalikan," tegasnya.