Jumat 29 Jan 2021 09:39 WIB

Iran Desak AS Lebih Dulu Kembali ke Kesepakatan Nuklir

AS telah keluar dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.
Foto: reuters
Para teknisi sedang bekerja di pusat pemrosesan uranium di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, menyatakan Amerika Serikat (AS) harus bertindak terlebih dulu dengan kembali ke kesepakatan nuklir 2015, Kamis (28/1). Washington telah keluar dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada 2018.

“Pemeriksaan realitas untuk @SecBlinken, AS melanggar JCPOA, makanan/obat-obatan yang diblokir untuk Iran, dihukum kepatuhan terhadap UNSCR 2231. Sepanjang kekacauan kotor itu, Iran, ditambatkan oleh JCPOA, hanya mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperkirakan,” kata Zarif.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri AS yang baru, Antony Blinken, menegaskan kembali  kebijakan Presiden Joe Biden bahwa Teheran harus melanjutkan pembatasan aktivitas nuklirnya berdasarkan kesepakatan sehari sebelum pernyataan itu muncul. Setelah Teheran melakukan pembatasan, Washington baru akan bergabung kembali dengan pakta yang diabaikan pada era presiden Donald Trump.

Zarif kembali menuduh Washington telah secara ilegal melarang impor barang kebutuhan ke Iran setelah Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran. Sementara Teheran telah melanggar batas aktivitas pengayaan uranium hanya sebagai tanggapan atas penolakan Trump terhadap perjanjian tersebut.