Jumat 29 Jan 2021 15:15 WIB

Pakar: Lebih Penting Cegah Aksi Teror daripada Mengobati

Indoktrinasi masuk dengan diajarkan, diceramahi, dan pertemuan-pertemuan eksklusif.

Red: Fernan Rahadi
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.
Foto: Republika/Wihdan H
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Prof Hamdi Muluk mengatakan merehabilitasi orang yang sudah menjadi teroris bukanlah pekerjaan mudah. Menurutnya, banyak dampak yang ditimbulkan dari orang yang menjadi teroris.

"Maka kita mencegah supaya orang jangan sampai menjadi tertarik dengan ideologi radikal yang mengarah pada terorisme itu. Karena ideologi radikal tentu tidak datang begitu saja, ideologi radikal itu hasil dari proses yang namanya indoktrinasi," ujar Prof Hamdi, Kamis (28/1).

Lebih lanjut, Hamdi menyebut indoktrinasi itu masuk dengan cara diajarkan, diceramahi, maupun lewat pertemuan-pertemuan ekslusif. "Dan memang ideologi yang keras-keras radikal itu tidak diterima oleh masyarakat secara umum. Karena kebanyakan mayoritas secara umum itu moderat sebenarnya. Makanya kelompok radikal itu biasanya bikin forum-forum yang eksklusif itu," tutur Hamdi.

Oleh karena itu, pria kelahiran Padang Panjang, 31 Maret 1966 itu menyarankan agar mulai mengembangkan deteksi siaga dini di lingkungan sekitar. Menurutnya hal ini bisa dimulai dari lingkungan terkecil seperti Rukun Tetangga dan Rukun Warga (RT/RW). Karena menurutnya kelompok masyaakat dalam RT/RW di kampung-kampung itu masih sangat guyub, yang mana di lingkungan RT/RW juga ada Sistem Keamanan Keliling (Siskamling).