REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas vulkanik Gunung Merapi beberapa hari belakangan membuat banyak masyarakat sekitar kembali harus mengungsi. Namun, pandemi yang masih berlangsung membuat penanganan pengungsi harus tetap menerapkan prokes ketat.
Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun mengimbau, pengungsi agar tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19. Tempat untuk pengungsi sendiri sudah dilengkapi sekat-sekat agar warga tetap menjaga protokol kesehatan ketat.
Fasilitas lain seperti dapur umum, layanan kesehatan dan kamar mandi disediakan demi kenyamanan pengungsi. Selain itu, sesuai dengan protokol kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman menyediakan pos swab bagi para petugas dan relawan.
"Penanganan pengungsi di era pandemi, warga tetap harus mengikuti protokol kesehatan dan melakukan rapid test bagi relawan. Pemerintah, warga, dan petugas juga sudah melakukan kewajibannya masing-masing sesuai dengan SOP," kata Sri, Jumat (29/1).
Hal itu disampaikan usai meninjau kondisi barak pengungsian erupsi Merapi di Purwobinangun Kapanewon Pakem. Di barak pengungsian itu ada 65 kepala keluarga terdiri dari 76 laki-laki, 77 perempuan, 36 balita, satu ibu dan 26 lansia.
Sebagian besar pengungsi berasal dari Dusun Turgo yang berada di pinggiran Kali Boyong dan pengungsi dari RT 3 dan RT 4 ada 153 orang. Kepada pengungsi, Sri berpesan agar tetap responsif, tidak boleh panik dan percaya diri.
"Ketika tandanya sudah ada harus patuh terhadap aturan dan standar prosedur operasional karena keselamatan itu diperoleh dari sana," ujar Sri.