REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki, Iran dan Rusia pada Kamis (28/1) mendesak Komite Konstitusi Suriah untuk berkompromi dan mencapai konsensus di antara pihak-pihak yang terlibat dalam perang sipil selama satu dekade.
Setelah berkonsultasi di sela-sela pertemuan kelima Komite Konstitusi di Jenewa, ketiga negara merilis pernyataan bersama yang menggarisbawahi dukungan mereka untuk Suriah yang berdaulat, merdeka dan bersatu.
Menyambut pertemuan kelima komite di Jenewa, ketiga negara menggarisbawahi bahwa lembaga tersebut dibuat oleh negara penjamin Format Astana untuk mendukung upaya solusi politik dan damai untuk konflik tersebut.
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa komite harus bekerja secara independen dari campur tangan asing dan bertujuan untuk mengembangkan konsensus di antara para anggotanya guna mengumpulkan dukungan seluas mungkin dari warga Suriah. Pertemuan internasional berikutnya tentang Suriah dalam format Astana akan berlangsung di Sochi pada 16-17 Februari 2021.
Proses perdamaian Astana untuk mengakhiri konflik Suriah diluncurkan pada Januari 2017 oleh Turki, Rusia, dan Iran. Suriah telah dilanda perang sipil sejak awal 2011, ketika rezim menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi dengan kekerasan. Menurut perkiraan PBB, ratusan ribu orang tewas dan lebih dari 10 juta mengungsi selama perang.