REPUBLIKA.CO.ID, Rojali, salah seorang pedagang daging sapi di PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengaku jenuh melakukan aksi mogok jualan. Pasalnya, setelah mogok, harga daging justru tambah naik.
Puluhan pedagang daging sapi di PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sebelumnya memang mogok jualan mulai Rabu (20/1) hingga Jumat (22/1). Aksi itu dilakukan agar pemerintah segera menekan harga daging sapi yang terus melonjak.
"Kita sudah mulai jualan lagi sejak Sabtu (23/1). Pedagang sudah jenuh untuk mogok karena harga daging karkas malah tambah naik," tutur Rojali, yang berjualan di Blok C Lantai Dasar PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (28/1).
Rojali menjelaskan, sebelum aksi mogok digelar, dia membeli daging karkas seharga Rp 90 ribu hingga 92 ribu per kilogram (kg). Ia lantas menjual kepada konsumen seharga Rp 120 hingga Rp 130 ribu per kg.
Setelah aksi mogok yang juga diikuti pedagang daging sapi se-Jabodetabek itu, kata dia, harga daging karkas justru makin naik. "Sekarang daging karkas jadi Rp 94 ribu," kata Rojali.
Meski harga daging karkas tambah naik, tapi Rojali tak bisa serta merta menaikkan harga jual daging. Sebab, jika harga jual juga dinaikkan, konsumen tidak sanggup lagi membeli.
"Harga jual kita di Pasar Minggu Rp 120 ribu. Kalau pasar lain Rp 130 ribu. Kita enggak bisa naikkan lagi karena pembeli enggak sanggup," kata Rojali.
Kendati demikian, Rojali mengaku total penjualannya sudah kembali normal. Jika sebelum mogok hanya bisa laku 50 kg per hari, kini sudah kembali 100 kg per hari. Penjualan kembali normal bukan berarti keuntungan Rojali kembali normal. Pasalnya, modal bertambah, tapi harga jual tak dinaikkan. Namun demikian, Rojali tak mau lagi ikut mogok jualan.
"Kita jenuh. Apalagi pedagang tidak kompak. Waktu mogok, masih ada pedagang daging gelondongan impor yang masih jualan," ujar dia.
Salah satu pedagang di Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Bimo mengatakan, sebelumnya dia bisa memberi harga sebesar Rp 125 ribu per kilogram untuk para konsumen. Namun, saat ini harga daging sapi yang dijualnya sekitar Rp 130 ribu hingga Rp 135 ribu per kilogram dan tidak bisa ditawar.
Harga saat ini yang ditetapkannya mengikuti kenaikan harga di rumah pemotongan hewan (RPH) yang mengalami kenaikan sebesar Rp 10 ribu. “Harga di RPH Rp 110 ribu. Sebelumnya sekitar Rp 100 ribu. Sekarang saya sudah enggak bisa ngasih diskon buat pembeli,” kata Bimo.
Bimo mengatakan, kenaikan harga daging sapi, di samping karena kondisi pandemi Covid-19 telah memberi dampak pada penurunan pendapatan. Terkait mogok jualan yang telah dilakukannya pada pekan lalu, Bimo mengaku tidak ada perubahan apapun dari harga daging sapi. Nyatanya, harga di RPH masih di angka yang sama, sehingga harga jualnya pun mengikuti kondisi.
“Harga di RPH masih sama, enggak berubah. Mogok enggak ngaruh. Jadi buat istirahat doang itu mogoknya,” ujar dia. Kendati demikian, Bimo masih berharap harga daging sapi di RPH bisa kembali normal.
Tak berpengaruh
Naiknya harga daging sapi di sejumlah daerah tidak berpengaruh pada pasar-pasar di Kota dan Kabupaten Bogor. Harga daging sapi baik di Bogor terpantau masih berada di angka Rp 110 ribu hingga Rp 125 ribu.
Sebelumnya, aksi mogok para pedagang daging sapi juga tidak berpengaruh terhadap pedagang daging sapi di Bogor. Hanya saja, beberapa pasar di Kota Bogor sempat mengalami penurunan pasokan daging sapi dari sejumlah rumah potong hewan (RPH) pada pekan lalu.
“Harga daging sapi murni merata Rp 125 ribu di Pasar Sukasari, Pasar Bogor, Pasar Jambu Dua, dan Pasar Gunung Batu,” kata Direktur Utama Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Kota Bogor, Muzakkir.
Selain menjual daging sapi, sejumlah pasar juga menjual bagian badan ternak yang telah disembelih, dikuliti, dan dikeluarkan. Di mana, isi perut, kaki bagian bawah, dan bagian kepala juga dijual, atau yang biasa disebut karkas. “Harga karkas berkisar antara Rp 95 ribu, sampai Rp 97 ribu,” kata Muzakkir.