REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN – Tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai menyelidiki asal-usul pandemi virus corona pada Jumat (28/1). Mereka bertemu dengan kelompok ilmuwan China di Wuhan menjelang serangkaian kunjungan lapangan. Mulai dari rumah sakit sampai Huanan yang dikaitkan dengan kasus pertama di pusat kota China.
WHO menekankan para ahli harus menerima dukungan, akses, dan data yang mereka butuhkan. Kelompok itu muncul dari karantina hotel selama dua pekan pada Kamis. Mereka mengadakan pertemuan virtual harian dengan para ilmuwan China yang berbagi informasi tentang studi virus corona. Badan kesehatan PBB mengatakan mereka juga membuat permintaan untuk data dasar yang lebih rinci.
Kasus pertama yang disebut pneumonia baru “misterius” dilaporkan di Wuhan pada akhir Desember 2019. Sementara itu, kehidupan di kota hampir kembali normal setelah karantina wilayah total diterapkan.
“Pertemuan tatap muka pertama membahas program kunjungan kami,” kata Ahli Virus di Pusat Medis Universitas Erasmus, Belanda, Marion Koopmans.
Sebelumnya, Koopmans mengatakan kepada Aljazirah, rencananya adalah untuk mendapatkan "gambaran sebaik mungkin dari temuan awal di Wuhan" dan memperingatkan tidak akan ada jawaban yang cepat atau mudah.
Dikutip dari Aljazirah pada Sabtu (30/1), tim ini bekerja di tengah latar belakang kekhawatiran tentang akses dan transparansi. Amerika Serikat menuduh China menutupi luasnya wabah awal. Selain itu, Amerika Serikat juga mengkritik ketentuan kunjungan para ilmuwan China yang melakukan penelitian tahap pertama.
“Penting untuk diingat, keberhasilan misi dan penelusuran asal-usul ini 100 persen tergantung pada akses ke sumber yang relevan,” kata Anggota Tim dari Denmark, Thea Fischer kepada kantor berita Reuters.
“Tidak peduli seberapa kompeten kami, seberapa keras kami bekerja, ini hanya dapat dilakukan dengan dukungan dari China,” tambah dia.
Kelompok itu diperkirakan akan menghabiskan dua pekan lagi di China. Selain mengunjungi Huanan, Fishcer berharap pergi ke Institut Virologi Wuhan. Satu teori yang ditolak oleh China adalah wabah corona disebabkan oleh kebocoran di laboratorium pemerintah.
Sejak wabah menjadi berita utama dunia setahun yang lalu, China telah berusaha untuk mengendalikan narasi, mengambil tindakan terhadap dokter dan jurnalis warga di Wuhan, dan memperingatkan keluarga korban untuk tidak berbicara dengan media.
China juga mencoba mendorong gagasan bahwa virus itu berasal dari tempat lain. Laporan rutin dari media pemerintah tentang jejak virus ditemukan pada kemasan makanan beku yang diimpor dari luar negeri.
“Pada tahap awal di China, itu merupakan beban, terutama bagi orang-orang Wuhan. Semua orang menyebut virus Wuhan yang memalukan,” ujar seorang penduduk kota, Yang You.