REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR— Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 HM Jusuf Kalla berbagi pengalaman perdamaian pada peluncuran Puslitbang Perdamaian, Konflik, dan Demokrasi atau Center for Peace, Conflict, and Democracy (CPCD) Unhas secara virtual di Makassar, Sabtu (30/1).
Jusuf Kalla memaparkan pengalamannya dalam menyelesaikan konflik di Indonesia, hingga manca negara. Jusuf Kalla juga menguraikan bagaimana konstruksi konflik di Indonesia sejak jaman kemerdekaan hingga kini. “Perdamaian adalah situasi tidak ada konflik, sebaliknya konflik adalah situasi tidak ada perdamaian," katanya.
"Sementara, demokrasi adalah cara kita bernegara dan bermasyarakat, dengan tujuan menciptakan situasi damai dan mengatasi konflik. Jadi ketiga konsep ini adalah satu kesatuan,” sambung Dr (HC) Jusuf Kalla.
Dari pengalaman mengatasi berbagai konflik, Jusuf Kalla menilai bahwa penyebab utama konflik adalah ketidakpuasan, ketidakseimbangan, atau ketidakharmonisan.
Maka perlu ada lembaga yang selalu mengkaji, sehingga potensi terjadinya konflik yang berpotensi merusak tatanan sosial dapat diidentifikasi sejak dini.
“Kita harus mengetahui karakter pihak yang berkonflik, mengetahui apa kebutuhan dan aspirasi mereka. Itu cara yang sering saya pakai, sebelum mediasi, saya selalu pelajari karakter dan latar belakang para pihak,” kata JK
Selain JK, kegiatan ini juga dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan Prof Dr HM Nurdin Abdullah MAgr, Rektor Unhas pada masanya dan tokoh kemanusiaan Prof Dr Idrus Paturusi, tokoh perdamaian Dr dr Farid Husain, serta sejumlah tokoh lainnya.