REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pemimpin Tigray yang menjadi buronan pemerintah Ethiopia berbicara untuk pertama kalinya setelah bungkam selama tiga bulan. Ia meminta masyarakat internasional menyelidiki tuduhan 'genosida' dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya yang dilakukan tentara Ethiopia dan Eritrea.
Rekaman suara yang disebut milik Debretsion Gebremichael itu belum dapat diverifikasi. Media yang berhubungan dengan pemerintah daerah Tigray, Dimtsi Weyane merilis rekaman suara itu pada Sabtu (30/1) malam. Gebremichael melarikan diri setelah perang antara pasukan Ethiopia dan pasukan Tigray pecah pada bulan November lalu.
Namun, pernyataannya menyinggung tentang pembunuhan pemimpin Tigray baru-bau ini. "Banyak yang telah berkorban dan banyak yang terus melanjutkan pengorbanan luar biasa," kata Gebremichael dalam rekaman tersebut.
Ia mendesak warga Tigra yang 'melanjutkan perjuangan' dan bersumpah akan melakukan pembalasan yang setimpal bagi mereka 'yang berupaya sekuat tenaga untuk menghancurkan eksistensi dan identitas kita'. Dalam pernyataannya ia juga menuduh pasukan Ethiopia melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan sengaja menimbulkan kelaparan.
"Mereka membawa semua yang dapat mereka bawa dan membakar sisanya," kata Gebremichael.