Ahad 31 Jan 2021 22:33 WIB

BMKG: Gempa Majene Meluruh, Warga Bisa Kembali ke Rumah

Warga bisa kembali ke rumah dengan catatan rumahnya masih kuat dan tak rusak.

Warga mengambil barang dari sisa reruntuhan bangunan di Mamuju Sulawesi Barat, Jumat (29/1). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat aktivitas gempa susulan pascagempa yang mengguncang wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat pada 15 Januari lalu terus menurun. Sehingga, warga bisa mempertimbangkan untuk kembali ke rumah.
Foto: ANTARA/Akbar Tado
Warga mengambil barang dari sisa reruntuhan bangunan di Mamuju Sulawesi Barat, Jumat (29/1). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat aktivitas gempa susulan pascagempa yang mengguncang wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat pada 15 Januari lalu terus menurun. Sehingga, warga bisa mempertimbangkan untuk kembali ke rumah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat aktivitas gempa susulan pascagempa yang mengguncang wilayah Majene dan Mamuju Sulawesi Barat pada 15 Januari lalu terus menurun. Sehingga, warga bisa mempertimbangkan untuk kembali ke rumah.

"Dengan catatan rumahnya masih kuat dan tidak rusak saat terjadi gempa dan lokasinya jauh dari wilayah rawan longsor, warga dapat kembali ke rumah atas pertimbangan dan izin dari BPBD setempat," kata Deputi Geofisika BMKG Muhammad Sadly dalam konferensi pers yang dipantau secara daring di Jakarta, Ahad (31/1).

Baca Juga

Berdasarkan hasil monitoring BMKG terkait perkembangan gempa Majene dan Mamuju hingga Ahad, telah terjadi 38 kali aktivitas gempa susulan. Sedangkan jumlah gempa sejak terjadinya gempa pembuka tercatat 47 kali dengan aktivitas gempa dirasakan sembilan kali.

BMKG telah melakukan perhitungan peluruhan gempa Majene dan Mamuju berdasarkan data gempa susulan (aftershocks) sejak 15-30 Januari 2021. Hasilnya menunjukkan bahwa gempa susulan diperkirakan akan berakhir sekitar 10-12 hari pascagempa utama.

"Angka ini bukanlah nilai mutlak, tetapi sebagai sebuah gambaran estimasi kapan berakhirnya aktivitas gempa susulan," katanya.

Selama periode 1 hingga 31 Januari 2021, BMKG mencatat telah terjadi peningkatan aktivitas gempa tektonik di wilayah Indonesia sebanyak 646 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman. Jumlah ini dapat lebih tinggi mengingat rata-rata di bulan Januari terjadi gempa sebanyak 555 kali.

Sementara gempa dirasakan terjadi sebanyak 82 kali. Jumlah ini juga lebih tinggi mengingat pada Januari 2020 hanya terjadi gempa dirasakan sebanyak 54 kali.

Selama Januari 2021 telah terjadi tiga kali gempa merusak, yaitu Gempa Bahodopi, Morowali, Sulteng dengan magnitudo 4,9 pada 4 Januari 2021 yang menyebabkan beberapa rumah rusak. Kemudian Gempa Majene dan Mamuju, Sulbar, magnitudo 5,9 dan 6,2 pada 14 dan 15 Januari 2021 menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan ribuan rumah rusak, serta Gempa Talaud, Sulut, magnitudo 7,1 menyebabkan beberapa rumah rusak.

Dengan meningkatnya aktivitas gempa pada Januari 2021, masyarakat diharapkan tidak panik, tetapi tetap waspada.

Fenomena alam tersebut, menurut Sadly, harus direspons dengan upaya mitigasi yang konkret, seperti membangun rumah tahan gempa, menata ruang pantai yang aman tsunami, memahami cara selamat saat gempa dan tsunami serta meningkatkan kemampuan dalam merespons peringatan dini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement