REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Diplomat tertinggi Amerika Serikat (AS) untuk Asia Timur di bawah pemerintahan Barack Obama, Daniel Russel menilai pengambilalihan militer di Myanmar akan menjadi pukulan telak bagi demokrasi di wilayah tersebut. Pada Senin (1/2) dini hari, pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, serta tokoh politik lain dari partai berkuasa Myanmar ditangkap.
"Jika benar, ini adalah kemunduran besar tidak hanya untuk demokrasi di Myanmar, tetapi untuk kepentingan AS," ujar Russel yang membina hubungan dekat dengan Suu Kyi. "Ini adalah pengingat lain bahwa tidak adanya keterlibatan AS yang kredibel dan mantap di kawasan itu telah memperkuat kekuatan anti-demokrasi," ujarnya menambahkan.
Pada Jumat pekan lalu, AS bersama negara lain mendesak militer untuk tidak melanjutkan ancaman kudeta. China pun akan mendukung Myanmar seperti saat militer mengusir Rohingya.
"Pemerintahan Biden telah mengatakan akan mendukung demokrasi dan hak asasi manusia. Tetapi perwira tinggi militer telah diberi sanksi sehingga tidak jelas segera apa yang secara konkret dapat dilakukan AS dengan cepat," ujar Russel.
Baca juga : Militer Buat Pernyataan Sebelum Penangkapan Pemimpin Myanmar