REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak, Banten kembali memetakan 14 kecamatan masuk kategori daerah rawan longsor atau pergerakan tanah.
"Kebanyakan daerah rawan longsor itu berada di perbukitan dan pegunungan, termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGH)," kata Plh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama.
Pemetaan daerah rawan bencana alam tersebut guna mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan material cukup besar. Selama ini, wilayah Kabupaten Lebak menjadi langganan bencana alam jika memasuki cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
Dengan pemetaan itu, kata dia, BPBD Lebak bisa melakukan upaya penyelamatan dengan mengoptimalkan kegiatan sosialisasi dan menyebar petugas kebencanaan dan relawan serta penyampaian peringatan dini.
Pengalaman bencana alam awal tahun 2020 di enam kecamatan di Kabupaten Lebak mengakibatkan sembilan orang dilaporkan meninggal dunia akibat diterjang longsor di Kecamatan Lebakgedong. Di mana Kecamatan Lebakgedong itu masuk kawasan kaki gunung TNGHS dan rawan terjadi longsor dan pergerakan tanah.
"Kami minta warga yang tinggal di daerah rawan longsor agar meningkatkan waspada pada bulan Januari-Februari 2021 karena berdasarkan BMKG terjadi puncak hujan itu," katanya menjelaskan.
Ia menyebutkan, ke-14 kecamatan yang dipetakan sebagai daerah rawan longsor tersebar di Kecamatan Bayah, Sobang, Lebakgedong, Cigemblong, Bojongmanik, Cibeber, Muncang, Gunungkencana, Cipanas, Cileles, Cimarga, Cikulur, Leuwidamar dan Cilograng.
Masyarakat yang tinggal di daerah itu jumlahnya mencapai ribuan kepala keluarga dan mereka setiap tahun dipastikan mengalami bencana longsor. Selama ini, curah hujan cenderung meningkatkan di wilayah Kabupaten Lebak dan berpeluang menimbulkan bencana alam.
"Kami telah mempersiapkan para relawan yang disebar di daerah itu dengan mempersiapkan peralatan evakuasi guna mengurangi risiko kebencanaan," katanya.