REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Menteri Ekonomi Argentina, Martin Guzman mendorong kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait pembayaran utang 44 miliar dolar AS atau setara Rp 617,1 triliun pada Mei mendatang.
Untuk kesepakatan itu, Guzman berencana untuk mempersempit defisit anggaran negara Amerika Latin pada tahun ini menjadi sekitar 6 persen dari output ekonomi tahunan. Pada tahun lalu, defisit anggaran di negara tersebut mencapai 8,5 persen.
Sebelumnya, Argentina telah mengalami gagal bayar utang negara hingga sembilan kali. Pada tahun 2020, gagal bayar kembali terjadi setelah ekonomi Argentina terkontraksi hingga 10 persen akibat pandemi.
"Kami menggunakan langkah negosiasi dengan IMF sebagai kesempatan untuk mencoba memutus pola masa lalu," kata Guzman dikutip The Wall Street Journal, Senin (1/2).
Sementara itu, Wakil Presiden Argentina Cristina Kirchner, menyerukan adanya intervensi negara secara kuat untuk mengatasi permasalahan ini. Menurutnya, diperlukan program-program stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Di sini, aktivitas ekonomi didorong oleh permintaan. Dan tidak ada cara lain untuk merangsang permintaan selain melalui gaji, pensiun dan harga pangan yang terjangkau," kata Kirchner melalui Twitternya.
Kesepakatan yang diminta Guzman dari IMF akan memungkinkan Argentina untuk memperpanjang pembayaran utang selama satu dekade, termasuk sekitar 5 miliar dolad AS yang jatuh tempo tahun ini. Apabila tercapai, kesepakatan itu akan memberikan ruang bernafas bagi Argentina.
Argentina mencapai kesepakatan dengan pemegang obligasi swasta tahun lalu untuk menunda pembayaran utang tambahan sebesar 65 miliar dolar AS. Sementara kesepakatan dengan IMF ini harus melalui pertimbangan yang matang untuk jika negara Amerika Selatan itu ingin mendapatkan pinjaman kembali.