Senin 01 Feb 2021 13:17 WIB

Polisi Rusia Tahan Ribuan Demonstran Pendukung Navalny

Lebih dari 5.000 pendukung Alexei Navalny ditangkap polisi Rusia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Masyarakat Rusia mendukung pembebasan pemimpin oposisi pemerintah Alexei Navalny.
Foto: Martin Shipenkov/EPA
Masyarakat Rusia mendukung pembebasan pemimpin oposisi pemerintah Alexei Navalny.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Polisi anti-huru hara membubarkan aksi protes yang menuntut pembebasan kritikus Kremlin Alexei Navalny pada Ahad (31/1). Polisi menahan lebih dari 5.000 orang yang melakukan perlawanan. 

Dalam aksi protes besar-besaran tersebut, polisi memberlakukan pengamanan yang sangat ketat di jantung kota Moskow. Polisi menutup sejumlah ruas jalan di dekat Kremlin, menutup stasiun metro dan mengerahkan ratusan polisi anti huru hara. 

Baca Juga

Polisi mengatakan, para pengunjuk rasa dapat menghadapi tuntutan pidana karena menyerukan aksi demonstrasi tanpa izin. Selain itu, polisi memperingatkan bahwa mereka dapat menyebarkan virus korona. Sekutu Navalny menggunakan media sosial untuk mengubah lokasi unjuk rasa berulang kali. Mereka menyebarkan kerumunan di berbagai bagian Moskow dan mempersulit polisi untuk membubarkannya.

Di St Petersburg dan Moskow, polisi menggunakan kekerasan untuk menahan pengunjuk rasa. Polisi terlihat menggunakan alat kejut listrik. Seorang pengunjuk rasa kepalanya tampak berlumuran darah dan diperban. Menurut OVD-Info, setidaknya 5.021 orang ditahan termasuk 1.608 di Moskow. Istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya termasuk di antara mereka yang ikut ditahan, namun tak lama kemudian dibebaskan. 

Pengunjuk rasa melakukan long march menuju penjara di Moskow utara tempat Navalny ditahan. Salah seorang pengunjuk rasa, Yulia yang berasal dari Moskow mengatakan, dia tetap memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam aksi protes meskipun pada malam harinya mengalami serangan panik. 

“Saya mengerti bahwa saya hidup dalam keadaan tanpa hukum sama sekali. Di negara polisi, tanpa pengadilan independen. Di negara yang dikuasai korupsi. Saya ingin hidup berbeda," kata Yulia.

Di kota paling timur Vladivostok, rekaman video menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan "Putin adalah pencuri" saat mereka bergandengan tangan dan berbaris dalam suhu sekitar -13 Celcius (8,6 Fahrenheit). Menurut OVD-Info polisi menahan lebih dari 120 orang di kota itu. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement