Senin 01 Feb 2021 14:44 WIB

Top 5 News: Jokowi Akui PPKM tak Efektif, Abu Janda Rasis

Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet

Aktivis media sosial Permadi Arya alias Abu Janda berpose salam Nazi.
Foto: Dok Permadi Arya
Aktivis media sosial Permadi Arya alias Abu Janda berpose salam Nazi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui pelaksanaan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM selama 11-25 Januari 2021 ini dinilai tak efektif menekan laju penularan kasus Covid-19. Pengakuan itu direspon berbagai pihak.

Jokowi mengatakan, esensi dari kebijakan PPKM ini yakni membatasi mobilitas dan kegiatan masyarakat. Namun, implementasi kebijakan PPKM di lapangan dinilainya tak tegas dan tak konsisten. Sejumlah komentar dari netizen menyebut PPKM tidak bisa menekan laju Covid-19 lantaran berurusan dengan perekonomian keluarga.

Kabar Presiden Jokowi itu mendapat banyak respon dari pembaca Republika.co.id. Selain berita Jokowi, posisi pertama ditempati berita dari kanal Selarung, tentang digusurnya orang-orang Betawi dari wilayah Senayan karena kampungnya akan dibangun kompleks olahraga.

Baca juga top 5 news di Republika.co.id, Ahad (31/1).

1. Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet

Pembangunan kompleks olahraga di Senayan yang menjadi ambisi Presiden Soekarno bukan tanpa pengorbanan. Ribuan warga Betawi rela dan ikhlas menyerahkan tanah, rumah, untuk angkat kaki dari tanah kelahiran demi suksesnya Asian Games IV yang digelar pada 1962. Meski saat ini Senayan berubah fungsi. Sebagian jadi mal, plaza, graha niaga, taman hiburan, dan berbagai sarana bisnis lainnya.

Mari kita mendaras cerita penggusuran pertama setelah kemerdekaan tersebut. Saat itu pada 1959, terjadi "bedol desa" warga Betawi dari kawasan Senayan. Ribuan warga Betawi yang tinggal di empat kampung, yakni Kampung Senayan, Petunduan, Bendungan Udik, dan Pejompongan dengan luas keseluruhan kampung mencapai 270 ha --dalam catatan berbeda disebut lahan yang dibebaskan mencapai 360 ha-- dipindah ke daerah Tebet. Kini, seluruh kawasan di empat kampung itu disebut Senayan.

Foto ariel Gelora Bung Karno (GBK). Demi terbangunnya kompleks olahraga tersebut, ribuan orang Betawi bedol desa alias digusur dan dipindahkan ke Tebet.

Penamaan Senayan menurut sejarawan Betawi, almarhum Alwi Shahab diambil untuk pemudahan penyebutan. Apalagi Kampung Senayan adalah wilayah yang paling luas dari empat kampung yang kena gusur tersebut.

Di ruang kerjanya, Abah Alwi, sapaan Alwi Shahab, pernah bertutur kepada saya, Senayan dalam bahasa Betawi artinya Senenan, sejenis permainan berkuda. Abah Alwi merawikan, kemungkinan nama itu muncul di era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Raffles. Saat itu, Raffles menjadikan tempat tersebut menjadi tempat bermain polo, olahraga kegemaran orang Inggris. Raffles sendiri adalah orang Inggris.

Baca berita sebelumnya di sini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement