Senin 01 Feb 2021 17:25 WIB

Mengapa Abu Bakar Tafsirkan Daratan Lisan dan Lautan Hati?

Abu Bakar menafsirkan lautan sebagai lisan dan lautan jadi hati

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Abu Bakar menafsirkan lautan sebagai lisan dan lautan jadi hati. Ilustrasi dzikir. Berdzikir. Ilustrasi
Foto: Thoudy Badai/Republika
Abu Bakar menafsirkan lautan sebagai lisan dan lautan jadi hati. Ilustrasi dzikir. Berdzikir. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para ulama terdahulu telah menulis kitab yang memuat pelajaran penting untuk umat Islam, termasuk dalam hal menjaga mulut dan hati. Seperti dalam surat ar-Rum (30) ayat 41, Alllah SWT berfirman:

ظهرالفساد فى البر والبحر Dhaharal fasadu fil barri wal bahri. “Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan”. 

Baca Juga

Dalam kitabnya yang berjudul “Nashaih al-Ibad”, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa dalam menfasirkan ayat tersebut Abu Bakar al-Shiddiq berkata:

البر هواللسان والبحر هوالقلب. فإذا فسد اللسان بكت عليه النفوس وإذا فسد القالب بكت عليه الملائكة

Albirru huallisanu wal bahru hual qalbu. Faidza fasadallisanu bakat alaihin nufuusu waidza fasadal qalbu bakat alaihil malaikatu.

“Yang dimaksud daratan adalah lisan, sedangkan lautan maksudnya adalah hati. Apabila lisan rusak (sebab mencela, misalnya), maka menangislah jiwa-jiwa (orang-orang dari keturunan Nabi Adam). Dan bila hati rusak (sebab riya misalanya), maka menangislah malaikat.”

Syekh Nawawi al-Bantani juga menjelaskan, hikmah mulut berjumlah satu adalah agar menjadi peringatan bagi manusia untuk tidak banyak berbicara kecuali berkaitan dengan dengan hal-hal yang dia ketahui dan mengandung kebaikan.

Selain itu, menurut Syekh Nawawi, mulut berdzikir dengan segala bahasa, tetapi tujuan dzikir tersebut hanya satu, yakni Allah Yang Maha-Esa. 

Demikian pula hati yang diciptakan hanya berjumlah satu. Sedangkan teliga dan mata diciptakan dua. Karena, menurut dia, kebutuhan untuk mendengar dan melihat lebih banyak daripada kebutuhan untuk berbicara. “Hati diserupakan dengan lautan karena sama-sama sangat dalam dan luas,” kata Syekh Nawawi. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement