REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah hendak menjadi pemain dunia dalam industri kendaraan listrik melalui pembentukan Indonesia Battery Holding (IBH). Untuk bisa membuat holding industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir ini butuh dana 17 miliar dolar AS.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak merinci secara keseluruhan investasi yang dibutuhkan untuk membuat industri dari hulu ke hilir butuh dana antara 15 sampai 17 miliar dolar AS. Rencananya 30 persen dari kebutuhan dana ini akan diambil dari ekuitas tiga BUMN yang berada di holding ini. Sisanya 70 persen berasal dari kerjasama dengan investor dan pinjaman.
"Pendanaan perlu 15 miliar dolar AS-17 miliar dolar AS itu kalau dari hulu ke hilir. Tapi ini kan bertahap," ujar Orias di Komisi VII DPR RI, Senin (1/2).
Orias merinci, di tahap awal khususnya di hulu. PT Aneka Tambang (Antam) akan menjadi leading dalam pembentukan smelter dan mengamankan produksi nikel. Untuk di tahap awal pembuatan smelter ini butuh dana sekitar 5-10 miliar dolar AS.
"Pendanaan itu kalau dari hulu ke hilir. Tapi ini kan bertahap," ujar Orias.
Kemudian masuk ke precurment berada di PLN dan Pertamina. Saat ini, Pertamina sedang bekerjasama dengan LG untuk membangun industri midstream pengolahan baterai.
Di satu sisi, Pertamina bekerja sama dengan LG karena punya proyek bersama di Kilang. Sedangkan PLN akan secara masif mengembangkan SPKLU tempat charging station dan juga pemasaran dari kendaraan listrik.
Orias juga memastikan bahwa investasi yang dibutuhkan ini tidak serta merta langsung digelontorkan 17 miliar dolar AS. Semua tergantung dari pergerakan demand dan juga bertahap sesuai dengan perkembangan indutsri kendaraan listrik.
"Pendanaan sudah dihitung, agar secara bertahap. juga sesuai tingkat demand yang ada. Tahun lalu kan cuman sedikit ya kendaraan listrik. Pertumbuhan belum ada. Gak bisa juga kami jor joran. Demand dunia belom bisa juga ke baterai langsung," ujar Orias.