REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Vaksinasi massal di China menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Alasannya, hanya enam dari 100 ribu penerima vaksin yang mengalami efek samping ringan.
"Reaksi ringan setelah divaksin, seperti flu, lengan pegal-pegal, dan gejala lainnya dialami enam orang dari setiap 100 ribu penerima vaksin," kata pakar penyakit menular pernapasan China Prof Zhong Nanshan, yang dikutip sejumlah media setempat, Senin (1/2).
Dalam program vaksinasi massal sejak Januari lalu, China menggunakan dua produk dalam negeri, yakni Sinopharm dan Sinovac. Menurut Zhong, kedua produk vaksin yang menggunakan metode melemahkan virus tersebut relatif aman.
Ia menjelaskan bahwa kedua vaksin dapat melindungi seseorang dari paparan Covid-19, setidaknya dalam jangka waktu enam bulan.
Zhong menambahkan bahwa dari sekitar satu juta penerima vaksin di China yang mendapatkan efek samping, hanya sepertiganya yang mengalami demam. Ia melihat semakin banyak orang di seluruh dunia yang divaksin Covid-19 sehingga butuh setidaknya dua hingga tiga pekan agar vaksin menghasilkan antibodi.
Baca juga : Hilang 15 Tahun, Keluarga Muslim Temukan Anaknya Jadi Hindu
Zhong mengatakan bahwa perkembangan pandemi Covid-19 secara global tidak akan menentu hingga bulan Maret. "Sekarang, di satu sisi, kami perlu melacak jenis virus, namun di sisi lain, kami perlu mempertimbangkan galur virus mana yang akan digunakan untuk vaksin," ujarnya.
Zhong mengingatkan kawasan perdesaan harus menjadi fokus pencegahan dan pengendalian epidemi domestik. "Berbeda dengan SARS, infeksi Covid-19 terkadang asimtomatik tetapi jelas menular," ujarnya.
"Jadi, selama liburan Imlek, saya menyarankan orang-orang di desa mengurangi pertemuan massal dan menemui dokter setiap kali merasa tidak enak badan. Jangan menunggu sampai sakit parah," pesan Zhong.
Hingga Ahad (31/1), sudah lebih dari 24 juta dosis vaksin telah disuntikkan, demikian diungkapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC). Sementara itu, kepala Lembaga Nasional Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di bawah koordinasi CCDC, Xu Wenbo, menyebutkan bahwa reaksi abnormal yang parah akibat vaksin Covid-19 saat ini tidak lebih tinggi daripada vaksin influenza.