Senin 01 Feb 2021 21:11 WIB

Antisipasi Cegah Virus Nipah Jadi Pandemi

Virus nipah pernah muncul di Malaysia pada 1998-1999 dan sempat menular ke Singapura.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis saat menguji hasil tes diagnostik dalam laboratorium mobil. Ilustrasi
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas medis saat menguji hasil tes diagnostik dalam laboratorium mobil. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN --  Pakar mikrobiologi menyebut semua virus dari hewan yang lompat ke manusia dapat berpotensi menjadi pandemi baru selain Covid-19. Salah satu yang harus diwaspadai adalah virus nipah. Untuk mencegahnya menjadi pandemi, diperlukan segera langkah-langkah antisipasi.

Virus nipah pernah muncul di Malaysia pada 1998-1999 dan sempat menular ke Singapura. Pada 2001-2004 dilaporkan muncul di Bangladesh. Menurut laporan WHO tingkat kematiannya tinggi, 40-75 persen.

Karenanya, antisipasi dinilai sangat diperlukan untuk mencegah virus nipah menjadi pandemi baru. Di antaranya dengan meningkatkan surveilans epidemiologi penyakit menular, dan mengembangkan beragam penelitian.

"Mulai melakukan penelitian dalam bidang pencegahan, diagnosis dan pengobatan penyakit infeksi virus nipah. Pencegahan di sini termasuk pengembangan vaksin," kata pakar mikrobiologi dari FKKMK UGM, Prof Tri Wibawa, Senin (1/2).

Ia menyebut banyak faktor penyebab virus jadi wabah. Di antaranya tingkat virulensi, cara menular, angka mortalitas dan mortalitas penyakit yang ditimbulkan. Ada pula faktor respons imun dan perilaku manusia, lalu kesiapan surveilans dan sistem kesehatan.

Ia menyarankan, surveilans epidemiologi melakukan kegiatan analisis sistematis dan berlanjut terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan. Serta, kondisi yang mempengaruhi peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah itu.

Tujuannya, kata Tri, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiolog kepada penyelenggara program kesehatan. Ada pula manifestasi klinis.

"Manifestasi klinis infeksi virus nipah bisa mulai dari yang tidak bergejala, infeksi saluran nafas akut, dan infeksi otak. Gejalanya tidak khas, sehingga tidak mudah untuk dibedakan dengan gejala penyakit infeksi umumnya," ujar Tri.

Tri turut menanggapi munculnya beberapa penyakit zoonosis yang selalu berpotensi muncul setiap saat selama masih ada dinamika interaksi manusia dengan hewan dan lingkungan. Tindakan yang perlu dilakukan meningkatkan derajat kesehatan manusia.

"Dengan selalu menjaga keharmonisan interaksi antara manusia, hewan dan lingkungan, atau yang sering disebut sebagai pendekatan one health," kata Tri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement