REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah menertibkan influencer atau buzzer yang merasa sok agamis dan sok Pancasilais. Sebab, perilaku mereka tidak mencerminkan nilai yang dianut dan sering bebuat kisruh, sehingga berbahaya bagi keutuhan negara.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak influencer dan buzzer yang muncul dalam dua kutub kekuatan. Pertama yang mewakili diri sebagai representasi agama, lalu kutub kedua adalah mereka yang merepresentasikan diri pancasilais.
"Sering kali ucapannya tidak mencerminkan perilaku. Kerangka pemahaman terhadap nilai yang dianutnya rendah, sehingga ini sangat berbahaya untuk keutuhan negara," ujar sosok yang akrab disapa Demul ini lewat keterangan tertulisnya, Senin (1/2).
Menurutnya, dua kelompok yang sering kali berseberangan ini juga berbahaya dalam pandangan secara luas. Sehingga, saat seorang buzzer atau influencer itu berulah, dua kelompok tersebut akan dicap gagal.
Pemerintah diminta menertibkan influencer yang seperti itu. Sebab mereka sering kali menggunakan simbol-simbol kesucian, tetapi ucapannya kotor serta perilakunya tidak berbudaya.
"Ini harus segera ditertibkan kelompok-kelompok ini karena merekalah yang membuat kisruh negeri ini. Membuat ketidaknyamanan dan akhirnya menggerek orang menjadi dua kutub," ujar Dedi.
Di samping itu, ia mengimbau influencer atau buzzer agar lebih muncul mereprentasikan diri dengan pikiran dan gagasan. Bukan mengutip dan menafsirkan diri sebagai kelompok tertentu.
"Sehingga di Indonesia ini tidak boleh ada siapa pun yang merasa paling sok merepresentasikan diri dari sebuah nilai dasar yang sangat tinggi," ujar mantan bupati Purwakarta itu.