Selasa 02 Feb 2021 09:01 WIB

Kasus Covid-19 Israel Meroket di Tengah Vaksinasi Massal

Sekitar 80 persen kasus virus baru didiagnosis dengan varian Inggris.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Seorang warga Israel menerima vaksin virus corona dari staf medis di pusat vaksinasi COVID-19 di Tel Aviv, Israel, Rabu, 6 Januari 2021.
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Seorang warga Israel menerima vaksin virus corona dari staf medis di pusat vaksinasi COVID-19 di Tel Aviv, Israel, Rabu, 6 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Jumlah kasus infeksi Covid-19 baru di Israel masih terus meningkat. Lonjakan kasus baru terjadi meskipun Israel telah memvaksinasi lebih dari tiga juta warganya untuk melawan pandemi.

"Lonjakan infeksi Covid-19 adalah pertanyaan yang rumit," ujar Kepala Perawatan virus korona dan vaksinasi penyedia layanan kesehatan Clalit, Ian Miskin, dikutip laman Middle East Monitor, Selasa (2/2).

Dia mengatakan, varian virus corona yang berasal dari Inggris bisa jadi menjadi penyebab utama dibalik lonjakan jumlah kasus Covid-19 di Israel. "Saat kampanye vaksinasi dimulai akhir Desember, varian baru itu menjadi penyebab 30-40 persen infeksi. Sekarang, sekitar 80 persen kasus virus baru didiagnosis dengan varian Inggris," ujarnya.

Miskin mengatakan, varian virus Inggris menyebar di antara anak-anak. Menurut Kementerian Kesehatan Israel, lebih dari tiga juta orang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19.

Kementerian menambahkan, sekitar 1,7 juta warga Israel telah menerima dua dosis vaksin. Miskin mengatakan, hampir 90 persen orang Israel di atas 60 tahun telah divaksinasi Covid-19.

Baca juga : Alquran Jawab Semua Masalah Hidup, Jaime Brown Jadi Mualaf

"Tahap kedua dari kampanye ini termasuk memvaksinasi orang Israel berusia di atas 40 dan 50 tahun. Kami membutuhkan 2-3 pekan untuk menyelesaikan vaksinasi mereka," ujar Miskin.

"Dalam hampir sebulan, mayoritas penduduk Israel akan divaksinasi terhadap virus tersebut," ujarnya menambahkan.

Israel mencatat 2.596 infeksi baru serta 23 kematian akibat pandemi virus korona pada Ahad (31/1) waktu setempat. Sejak dimulainya wabah virus awal tahun lalu, 641.373 orang di Israel telah didiagnosis dengan virus tersebut, sementara kematian tercatat mencapai 4.768 jiwa.

Pemerintah Israel telah memberlakukan lockdown atau karantina wilayah ketat. Langkah itu termasuk menutup bandara Ben Gurion dan terminal perbatasan sebagai bagian dari upaya untuk membendung penyebaran pandemi.

Pada Ahad lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan harapan bahwa kehidupan normal dapat kembali pada Maret 2021. Israel diketahui akan mengadakan pemilihan umum pada 23 Maret.

Baca juga : Dari Abu Lahab Murokab, Gatoloco, Hingga Jahiliyah Digital

Pandemi dan kampanye vaksinasi pun menjadi topik utama selama kampanye pemilihan. Beberapa tokoh Israel menyalahkan Netanyahu karena gagal berurusan dengan tegas dengan kelompok-kelompok Israel tertentu yang menolak untuk mematuhi langkah-langkah virus corona.

"Seringkali, kami menghadapi kesulitan dalam meyakinkan sebagian penduduk untuk melakukan vaksinasi," kata Netanyahu, mengacu pada Ultra-Ortodoks Yahudi yang menolak untuk mematuhi tindakan tersebut.

Miskin memperkirakan virus itu dapat bertahan lama di Israel saat negara itu bersiap untuk membuka kembali perbatasannya. "Ini perang, tapi kita bisa memenangkannya," kata Miskin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement