Selasa 02 Feb 2021 13:33 WIB

Pengamat: Indonesia Bisa Pendekatan Internal dengan Myanmar

Indonesia merupakan negara ASEAN yang memiliki hubungan sangat baik dengan Myanmar

Red: Nur Aini
Pengamat menilai Indonesia bisa melakukan pendekatan secara internal agar situasi tidak semakin memburuk terkait kudeta militer dan penangkapan terhadap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi yang terjadi di Myanmar pada Senin (1/2).
Pengamat menilai Indonesia bisa melakukan pendekatan secara internal agar situasi tidak semakin memburuk terkait kudeta militer dan penangkapan terhadap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi yang terjadi di Myanmar pada Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai Indonesia bisa melakukan pendekatan secara internal agar situasi tidak semakin memburuk terkait kudeta militer dan penangkapan terhadap Penasihat Negara Aung San Suu Kyi yang terjadi di Myanmar pada Senin (1/2).

Direktur Program dan Riset The Habibie Center Muhammad Hasan Ansori mengatakan Indonesia merupakan negara ASEAN yang memiliki hubungan sangat baik dengan Myanmar.

Baca Juga

"Tapi lebih ke pendekatan domestik antar negara, Myanmar lebih 'appreciate' kepada Indonesia," kata Muhammad Hasan Ansori kepada Anadolu Agency melalui sambungan telepon pada Senin.

Sebelumnya, Militer Myanmar pada Senin (1/2) mengumumkan bahwa mereka telah merebut kekuasaan dan akan memerintah itu setidaknya selama satu tahun setelah menahan para pemimpin tertinggi negara itu. Militer menyatakan keadaan darurat setelah menahan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint dan anggota senior lainnya dari partai berkuasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Mereka mengklaim bahwa langkah tersebut dilakukan karena "kecurangan" dalam pemilihan umum 8 November, yang mengakibatkan dominasi NLD di parlemen. Militer juga mengumumkan bahwa Panglima Angkatan Bersenjata Min Aung Hlaing telah dilantik sebagai presiden.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/pengamat-indonesia-bisa-melakukan-pendekatan-internal-dengan-myanmar/2129857
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement