Selasa 02 Feb 2021 17:21 WIB

Erdogan: Waktunya Turki Rancang Konstitusi Baru

Erdogan menekankan perubahan konstitusi harus dilakukan dengan transparan.

Rep: Lintar/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota parlemen partai yang berkuasa di parlemen, di Ankara, Turki, Rabu, 28 Oktober 2020.
Foto: AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota parlemen partai yang berkuasa di parlemen, di Ankara, Turki, Rabu, 28 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengatakan sudah saatnya merancang konstitusi baru. Di Komplek Istana Negara, Erdogan  mengatakan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang kini berkuasa dan sekutu mereka Nationalist Movement Party (MHP) sepakat dengan rencana itu.

Erdoğan menekankan perubahan konstitusi harus dilakukan dengan transparan. Ia menambahkan versi terakhir harus dipresentasikan ke masyarakat untuk disetujui.

Baca Juga

Pada referendum konstitusional tahun 2017 pemilih diminta untuk memutuskan 18 pasal yang salah satunya mengganti sistem parlementer ke sistem presidensial. Amandemen ini diajukan AK dan MHP.  Dua partai itu membangun koalisi yang dinamakan People's Alliance.

"Detail paket reformasi kami akan segera diungkapkan sepenuhnya," kata Erdoğan seperti dikutip Daily Sabah, Selasa (2/2).

Ia menambahkan reformasi akan dilakukan pada sistem peradilan dan kebijakan ekonomi. Erdoğan juga membahas pembangunan ekonomi, dengan mengaku Turki berhasil melewati konsekuensi pandemi dengan baik."Analisis internasional baru-baru ini menunjukkan hanya Turki dan China dari negara G-20 yang mengakhiri 2020 dengan pertumbuhan positif," katanya.

"Data awal mengindikasi perekonomian Turki di akhir 2020 tumbuh di atas 1 persen,"tambahnya.

Erdoğan mengatakan, selama 2020 Turki mengeluarkan 10.505 sertifikat investasi yang mendukung investasi sebesar 33,3 miliar dolar AS. "Ketika selesai, investasi-investasi ini akan membuka 305.000 lapangan pekerjaan," katanya.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement