REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kasus kematian di Jawa Barat pada minggu ini mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya. Satgas mencatat, kenaikan kasus kematian di Jawa Barat yakni sebesar 245 kasus dari 170 menjadi 415 kasus.
“Pada minggu ini kenaikan kematian paling tinggi terjadi di Jawa Barat yaitu naik lebih dari dua kali lipat dari minggu sebelumnya,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (2/2).
Kenaikan kasus kematian tertinggi ini kemudian disusul oleh Jawa Tengah yang naik 142 kasus. Di Sulawesi Utara naik 38 kasus, DKI Jakarta naik 29 kasus, dan Kalimantan Utara naik 24 kasus.
Wiku menegaskan, upaya menekan jumlah kasus kematian di Indonesia menjadi prioritas utama dalam menangani Covid-19. Angka kematian ini didominasi oleh usia lebih dari 59 tahun yang sebanyak 47,1 persen.
Kondisi ini menggambarkan bahwa upaya untuk menekan angka kematian harus dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan Covid-19 di rumah sakit, khususnya pada kelompok lansia.
“Kondisi lansia yang cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dan penyakit komorbid yang dimilikinya dapat memperparah kondisi tubuh saat terinfeksi Covid-19,” jelas dia.
Kendati demikian, ia menyampaikan, kasus kematian tak hanya terjadi pada orang yang memiliki komorbid. Namun juga dapat terjadi pada siapa saja, terutama yang terlambat mendapatkan pertolongan karena penuhnya kapasitas di rumah sakit.
Selain mencatatkan kenaikan signifikan angka kematian, Jawa Barat pada minggu ini juga mengalami kenaikan kasus positif hingga hampir 100 persen dibandingkan minggu sebelumnya. Dari data Satgas, Jawa Barat mencatatkan kenaikan sebesar 12.171 kasus dari 12.789 menjadi 24.960 kasus.
Kenaikan kasus tertinggi berikutnya dicatatkan oleh Kalimantan Timur yang naik 646 kasus. Kemudian disusul Bali yang naik 220 kasus, Sulawesi Selatan naik 200 kasus, dan Kalimantan Selatan naik 186 kasus.
“Pada minggu ini, kenaikan kasus tertinggi dicatatkan oleh Jawa Barat yang naik hampir 100 persen dari minggu lalu,” kata Wiku.
Wiku mengakui tingginya angka kasus positif mingguan ini disebabkan karena berbagai faktor. Salah satunya yakni keterlambatan pencatatan data kasus dari daerah.
“Namun sekali lagi, kondisi ini tidak serta merta meniadakan fakta bahwa tingkat penularan masih tinggi di Indonesia,” jelasnya.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menegaskan, dirinya tidak akan mengambil kebijakan lockdown. Ridwan Kamil menyoroti sistem pelaporan kasus yang harus diperbaiki oleh pemerintah pusat.
Ridwan Kamil mengatakan, kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat indikator penanggulangan pandemi Covid-19 di Jawa Barat membaik. Salah satunya adalah tingkat ketersisian rumah sakit ada di angka 69 persen setelah sempat berada di angka 80 persen.
“(Kasus harian) yang ditetapkan oleh lab itu sebenarnya sudah turun, artinya apa? Artinya, kasus yang disebut meningkat (oleh pemerintah pusat untuk wilayah Jawa Barat) itu banyak sekali kasus lama,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Mapolda Jabar, Selasa (2/2).
Menurut Emil, dilaporkan kasus (Covid-19) harian di Jabar naik tapi rumah sakit menurun, menjadi tidak nyambung. "Minggu lalu, 3.300 kasus heboh, padahal 1.900-nya kasus lama ya yang kasus barunya 1.200, nah ini mohon jangan menilai PPKM hanya dari kasus aktif, itu poin saya karena kasus aktif mengandung data yang kurang akurat,” paparnya.
Untuk ukuran kinerja PPKM, Emil mengakui ada yang masih belum efektif atau perlu dievaluasi dari sisi indeks mobilitas. Sedangkan dari sisi kedisiplinan warga menerapkan protokol kesehatan terjadi peningkatan signifikan.
Dari data yang disampaikan, kata dia, pada Januari kepatuhan warga secara kumulatif memakai masker ada di angka 50 persen, sekarang sudah 83 persen. Kemudian, kepatuhan jaga jarak awal Januari tersurvei 47 atau 48 persen, sekarang sudah 81 persen.
Petugas di lapangan, kata dia, total sudah menegur 9,7 juta warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan di tempat publik selama PPKM.
“Yang paling disiplin masker sekarang ini adalah Kota Cimahi, dan paling tidak disiplin adalah Kabupaten Bekasi. Yang jaga jarak juaranya adalah kabupaten Bandung juga di atas 90 persen, yang paling tidak bisa jaga jarak juga kabupaten Bekasi,” paparnya.
Melihat data tersebut, Emil menyatakan bahwa sejauh ini tidak pernah berpikir untuk membuat kebijakan karantina yang sifatnya seperti lockdown. Ia pun kembali menyoroti input data harian aktif yang menjadi acuan, namun tidak akurat.
“Iya, kalau PPKM membaik kenapa harus ngambil situasi terburuk gitu ya, makanya supaya omongan saya ini jelas, nanti saya share data yang diumumkan ketemu dengan data lab. Dan pemerintah janji keterlambatan data ini mestinya tidak terjadi lagi," katanya.