Selasa 02 Feb 2021 19:42 WIB

Google Bayar Rp 35 Miliar untuk Tuduhan Diskiriminasi Gaji

Pekerja perempuan di Google digaji lebih rendah dibanding pekerja pria.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Google
Foto: EPA
Google

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Google akan membayar 2,5 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp 35 miliar untuk menyelesaikan tuduhan diskriminasi gaji pada karyawan perempuan. Lebih dari 5.500 karyawan dan pelamar pekerjaan terkena dampak dari dugaan diskriminasi saat perekrutan.

Departemen Tenaga Kerja AS menemukan bahwa insinyur perangkat lunak wanita dibayar lebih rendah dibandingkan insinyur pria. Dilansir dari The Verge, Selasa (2/2), kasus ini mengidentifikasi perbedaan tingkat perekrutan yang merugikan pelamar wanita dan karyawan asal Asia untuk posisi teknik Google.

Baca Juga

Sebagai bagian dari penyelesaian, Google akan menyerahkan 1.353.052 dolar AS atau Rp 19 miliar sebagai gaji dan bunga pada 2.565 insinyur wanita. Google juga akan membayar 1.232.000 atau Rp 17 miliar sebagai gaji dan bunga kepada 1.757 pelamar teknik wanita dan 1.219 pelamar teknik Asia untuk posisi teknik yang tidak dipekerjakan.

Dugaan perbedaan gaji berdampak pada karyawan di kantor Google di Mountain View, Seattle dan Kirkland, Washington. Google juga akan menyisihkan 1,25 juta dolar AS untuk penyesuaian ekuitas pembayaran dengan total 3,8 juta dolar AS untuk menyelesaikan masalah ini. Sebanyak 1,25 juta dolar AS itu dialokasikan untuk insinyur di Mountain View, Seattle, Kirkland dan New York, yang menampung 50 persen staf teknik Google di AS.

Berita ini muncul setelah konflik bertahun-tahun pekerja Google dan manajemen. Pada 2018, lebih dari 20.000 karyawan keluar dari pekerjaannya untuk memprotes penanganan perusahaan atas tuduhan pelecehan seksual. Awal tahun ini, sekitar 230 karyawan dan kontraktor membentuk serikat minoritas.

Organisasi tersebut, Alphabet Workers Union (AWU), sekarang memiliki lebih dari 800 anggota. AWU secara khusus ingin karyawan kontrak menjadi bagian dari serikat pekerja, karena mereka biasanya tidak mendapatkan gaji dan tunjangan tinggi yang dinikmati oleh karyawan penuh waktu.

“Diskriminasi gaji tetap menjadi masalah sistemik,” kata Direktur Kantor Program Kepatuhan Kontrak Federal, Jenny R. Yang.

Dalam sebuah pernyataan yang diemailkan The Verge, juru bicara Google mengatakan, “Kami percaya setiap orang harus dibayarkan pekerjaan yang mereka lakukan, bukan siapa mereka dan berinvestasi besar untuk membuat proses perekrutan dan kompensasi kami adil dan tidak memihak. Selama delapan tahun terakhir, kami telah menjalankan analisis ekuitas pembayaran internal tahunan untuk mengidentifikasi dan mengatasi setiap perbedaan. Kami senang telah menyelesaikan masalah ini terkait dengan tuduhan dari audit 2014-2017 dan tetap berkomitmen pada keragaman dan kesetaraan serta untuk mendukung karyawan kami dengan cara yang memungkinkan mereka melakukan pekerjaan terbaik mereka”.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement