Rabu 03 Feb 2021 16:30 WIB

Menristek Tegaskan Genose Bukan Alat Diagnosis Covid-19

Pemaparan Menristek hasil uji validitas Genose terhadap Covid-19

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kiri) meniup kantong nafas untuk dites dengan GeNose C19 disaksikan Menristek Bambang Brodjonegoro di Gedung Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/1/2021). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti UGM kepada Kantor Staf Kepresidenan untuk membantu screening COVID-19 di lembaga negara tersebut.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (kiri) meniup kantong nafas untuk dites dengan GeNose C19 disaksikan Menristek Bambang Brodjonegoro di Gedung Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/1/2021). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti UGM kepada Kantor Staf Kepresidenan untuk membantu screening COVID-19 di lembaga negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Bambang Brodjonegoro menegaskan, Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau Genose C19 bukan alat untuk mendiagnosa Covid-19. Bambang mengatakan saat ada yang menggunakan alat Genose belum bisa dikatakan tidak atau sudah terpapar Covid-19.

“Justru ini alat screening supaya ketahuan penumpang tidak terpapar Covid-19,” kata Bambang saat uji coba penerapan Genose di Stasiun Pasar Senen, Rabu (3/2).

Dia mengatakan, Genose untuk melakukan screening memisahkan penumpang yang tidak dan boleh naik kereta api jarak jauh. Jika hasil Genose menunjukkan positif, Bambang menuturkan harus ada pemeriksaan PCR test terlebih dahulu.

“Jadi yang saya tekankan Genose ini tidak didesain untuk menggantikan, hanya screening. Jadi nanti di kereta kondisinya relatif bebas paparan virus,” ujar Bambang.

Bambang menambahkan, saat ini Genose juga sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan. Selain itu, Genose menurutnya juga sudah melakukan uji validitas terhadap PCR test dengan dua ribu sampel dengan hasil akurasinya 90 persen.

“Genose ini menggunakan pendekatan artificial intelligence maka mesin ini akan selalu memperbaiki akurasi dari pemeriksaan. Semakin banyak dipakai akan semakin akurat dan akan terus dilakukan update,” jelas Bambang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement