REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani menyatakan solidaritasnya atas upaya peracunan yang menimpa Presiden Tunisia Kais Saied. Kantor Kepresidenan Tunisia menyatakan, Presiden Saied telah menerima panggilan telepon dari Al-Thani.
"Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani, yang menyatakan solidaritas penuhnya dengan Tunisia setelah ada upaya peracunan terhadap presiden," ujar pernyataan Kantor Kepresidenan Tunisia, dilansir Middle East Monitor, Rabu (3/2).
Selain itu, Presiden Saied juga menerima panggilan telepon dari Kepala Dewan Kepresidenan Government of National Accord (GNA) Fayez Al-Sarraj. Dalam panggilan telepon tersebut, Al-Sarraj menyatakan solidaritasnya untuk Tunisia dan seluruh rakyatnya atas upaya peracunan terhadap presiden. Kantor Kepresidenan Tunisia menyatakan, dalam pembicaraan tersebut Presiden Saied menekankan pentingnya kerja sama antara Libya dan Tunisia.
"Mencapai kerja sama yang diinginkan antara kedua negara di semua tingkatan dan kebutuhan untuk mencapai keamanan dan stabilitas di seluruh kawasan, untuk melayani kepentingan kedua bangsa yang bersaudara dan memenuhi aspirasi mereka untuk masa depan bersama yang lebih baik," ujar Saied dalam sebuah pernyataan.
Pada Senin (1/2) Kepresidenan Tunisia menerima amplop kosong yang diduga berisi racun. Amplop tersebut dibuka oleh direktur Pengadilan Kepresidenan. Tak lama setelah membuka amplop, dia merasa mual, pusing, dan kehilangan sebagian penglihatannya. Selain itu, dia juga mengalami sakit kepala yang hebat.
Salah satu pegawai di sekretariat Pengadilan Kepresidenan hadir pada saat kejadian dan merasakan gejala yang sama, hanya saja lebih ringan. Amplop itu dimasukkan ke dalam mesin penghancur kertas sebelum diserahkan kepada Kementerian Dalam Negeri. Kantor Kepresidenan Tunisia mengatakan, isi dari amplop tersebut saat ini masih dalam penyelidikan.