REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Puluhan orang di kota terbesar Myanmar, Yangon, membunyikan klakson mobil dan menggedor panci serta wajan pada Selasa (2/2). Gerakan ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan publik pertama terhadap kudeta yang dipimpin militer negara itu sehari sebelumnya.
Gerakan ini direncanakan berlangsung hanya beberapa menit, tetapi diperpanjang menjadi lebih dari seperempat jam di beberapa lingkungan Yangon. Teriakan terdengar menyatakan harapan pemimpin yang ditahan, Aung San Suu Kyi, dalam keadaan sehat dan menyerukan kebebasan.
"Memukul genderang dalam budaya Myanmar seperti kita mengusir setan,” kata salah satu peserta yang menolak menyebutkan namanya karena takut akan ancaman.
Beberapa kelompok pro demokrasi sempat meminta masyarakat membuat keributan pada pukul 20.00 waktu setempat untuk menunjukkan penentangan terhadap kudeta. Seorang politisi senior dan orang kepercayaan dekat Suu Kyi juga mendesak warga untuk menentang militer melalui pembangkangan sipil.
"Kutukan kudeta berakar di negara kita, dan inilah alasan mengapa negara kita masih tetap miskin. Saya merasa sedih dan kesal untuk sesama warga kita dan untuk masa depan mereka," kata pemimpin partai Liga Nasional (NLD) untuk Demokrasi Suu Kyi, Win Htein.