REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Tak pernah ada yang menyangka bahwa kesempatan kedua akan lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Hal inilah yang dirasakan Isco selama berkarier di Real Madrid.
Kedatangan pelatih Zinedine Zidane diharapkan untuk memberikan kesempatan kedua bagi Isco. Namun Isco tetap terpinggirkan d Madrid dan tak dilirik klub lain.
Isco hanya tercatat bermain 13 menit di Liga Champions. Hal itu cukup menunjukkan bahwa Zidane tidak mengandalkan jasa gelandang ini. Hal itu pun terlihat dari bursa transfer ketika hanya Arsenal yang menghubungi klub untuk bertanya ketersediaan Isco, meski akhirnya Arsenal lebih memilih untuk meminjam Martin Odegaard.
Mundur ke tahun 2016 dan 2018, Isco adalah bintang lapangan. Gelandang asal Spanyol ini mampu melakukan tugasnya sebagai playmaker dengan baik, termasuk saat ia mengoyak Manchester United di Piala Super UEFA.
Penurunan kualitas Isco dimulai ketika Julen Lopetegui dipecat dari klub dan dia memiliki hubungan yang buruk dengan Santiago Solari. Dia pun terakhir bermain pada November tahun lalu saat Madrid kalah telak dari Valencia.
Dilansir dari laman Marca, Rabu (3/2), Isco sempat diminta untuk meninggalkan klub dan dikaitkan dengan Sevilla. Namun klub akhirnya lebih memilih untuk mendatangkan Papu Gomez dibandingkan Isco.
Di hari terakhir bursa transfer pun Isco tidak mendapat penawaran serius yang menyebabkan kepindahannya tertunda di musim panas nanti. Namun tidak akan mudah baginya untuk pindah ke kasta tinggi Eropa lainnya.
Statistiknya yang menurun tentu merusak langkah perjalanannya ketika keluar dari Real Madrid. Tentu ini perbandingan yang terbalik ketika di masa emasnya dia disebut-sebut sebagai pemenang Ballon d'Or (pemain terbaik dunia) di masa depan.