REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani, mengatakan GeNose bisa dimanfaatkan untuk lebih efektif melakukan skrining di kampung-kampung atau pedesaan. Terutama di wilayah yang sulit untuk menggelar PCR atau tes usap.
"Saya rasa GeNose lebih baik di pedesaan ya. Soalnya di sana kan keterbatasan dalam pemeriksaannya. Mungkin dengan adanya GeNose di pedesaan atau daerah-darerah terpencil bisa melihat potensi penularan Covid-19," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (3/2).
Kemudian, ia melanjutkan jika ditemukan persentase positif tinggi dengan pemeriksaan GeNose bisa sebagai sinyal perlu diagnosis yang lebih akurat. Misalnya, dengan PCR pada populasi area tersebut.
"Jadi, saya pikir GeNose lebih baik di daerah-daerah terpencil. Mereka kan selama ini juga kekurangan alat untuk mendeteksi Covid-19," kata dia.
Sebelumnya diketahui, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan penerapan alat skrining Covid-19 yakni Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau Genose C19 akan dilakukan di sejumlah stasiun kereta lainnya. Penerapannya akan dilakukan bertahap, dimulai dari Stasiun KA Pasar Senen dan Tugu Yogyakarta.
“Proses dilakukan bertahap supaya segala sesuatu terukur dengan baik,” kata Budi dalam uji coba penerapan Genose di Stasiun Pasar Senen, Rabu (3/2).
Budi menuturkan, target selanjutnya akan menerapkan Genose di stasiun yang berada di Surabaya, Semarang, Bandung, dan Solo. Begitu juga dengan stasiun kereta di Cirebon yang menurutnya jumlah penumpangnya cukup banyak.