Kamis 04 Feb 2021 01:00 WIB

Epidemiolog Sarankan Penggunaan GeNose di Pedesaan

GeNose bisa dicoba dimanfaatkan di kawasan yang kesulitan menjangkau tes usap.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Indira Rezkisari
Alat deteksi Covid-19 bernama GeNose C19.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Alat deteksi Covid-19 bernama GeNose C19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani, mengatakan GeNose bisa dimanfaatkan untuk lebih efektif melakukan skrining di kampung-kampung atau pedesaan. Terutama di wilayah yang sulit untuk menggelar PCR atau tes usap.

"Saya rasa GeNose lebih baik di pedesaan ya. Soalnya di sana kan keterbatasan dalam pemeriksaannya. Mungkin dengan adanya GeNose di pedesaan atau daerah-darerah terpencil bisa melihat potensi penularan Covid-19," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (3/2).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan jika ditemukan persentase positif tinggi dengan pemeriksaan GeNose bisa sebagai sinyal perlu diagnosis yang lebih akurat. Misalnya, dengan PCR pada populasi area tersebut.

"Jadi, saya pikir GeNose lebih baik di daerah-daerah terpencil. Mereka kan selama ini juga kekurangan alat untuk mendeteksi Covid-19," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan penerapan alat skrining Covid-19 yakni Gadjah Mada Electric Nose Covid-19 atau Genose C19 akan dilakukan di sejumlah stasiun kereta lainnya. Penerapannya akan dilakukan bertahap, dimulai dari Stasiun KA Pasar Senen dan Tugu Yogyakarta.

“Proses dilakukan bertahap supaya segala sesuatu terukur dengan baik,” kata Budi dalam uji coba penerapan Genose di Stasiun Pasar Senen, Rabu (3/2).

Budi menuturkan, target selanjutnya akan menerapkan Genose di stasiun yang berada di Surabaya, Semarang, Bandung, dan Solo. Begitu juga dengan stasiun kereta di Cirebon yang menurutnya jumlah penumpangnya cukup banyak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement