REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Rusia secara resmi telah memperpanjang perjanjian kendali senjata nuklir START. Berdasarkan informasi, perjanjian yang dilakukan pada Rabu (3/2) kemarin itu akan dilakukan selama lima tahun.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, perpanjangan waktu itu adalah langkah pertama untuk memenuhi janji Presiden AS Joe Biden untuk menjaga rakyat Amerika aman dari ancaman nuklir. Khususnya, dengan memulihkan kepemimpinan AS dalam pengendalian senjata dan nonproliferasi.
“Selama masa ketegangan, batasan yang dapat diverifikasi pada senjata nuklir jarak antarbenua Rusia sangat penting. Memperluas Perjanjian START baru membuat Amerika Serikat, sekutu dan mitra AS, dan dunia lebih aman. Persaingan nuklir yang tidak dibatasi akan membahayakan kita semua,” kata dia dikutip neweurope Kamis (4/2).
Hal tersebut juga langsung disetujui anggota parlemen Rusia sejak 27 Januari, sehari setelah panggilan telepon antara Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka setuju untuk menyelesaikan prosedur perpanjangan yang diperlukan dalam beberapa hari ke depan.
Blinken menambahkan, Biden telah menjelaskan jika perpanjangan Perjanjian START Baru hanyalah awal dari upaya Pemerintah AS untuk mengatasi tantangan keamanan abad ke-21.
Selanjutnya, Washington akan menggunakan waktu yang disediakan oleh perpanjangan lima tahun Perjanjian START Baru untuk berkonsultasi dengan Kongres dan sekutu serta mitra AS. Utamanya, untuk pengendalian senjata yang menangani semua senjata nuklirnya.
“Kami juga akan mengupayakan kontrol senjata untuk mengurangi bahaya dari persenjataan nuklir China yang modern dan terus berkembang. Amerika Serikat berkomitmen untuk kontrol senjata yang efektif yang meningkatkan stabilitas, transparansi, dan prediktabilitas sekaligus mengurangi risiko perlombaan senjata yang berbahaya dan mahal, ”katanya.