Kamis 04 Feb 2021 15:06 WIB

PBB: Konflik Tigray Bisa Picu Destabilisasi Luas di Ethiopia

PBB memperingatkan situasi kemanusiaan di Ethiopia bisa memburuk

Red: Nur Aini
 Gambar yang dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia berkumpul di jalan di daerah dekat perbatasan wilayah Tigray dan Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Gambar yang dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia berkumpul di jalan di daerah dekat perbatasan wilayah Tigray dan Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala bantuan PBB Mark Lowcock mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Rabu (3/2) bahwa konflik di wilayah Tigray Ethiopia dapat memicu destablisasi yang lebih luas di negara itu. Dia memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan yang mengerikan di utara akan memburuk.

Ratusan ribu orang di Tigray belum menerima bantuan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak dapat sepenuhnya menilai situasi karena tidak memiliki akses penuh, menurut catatan Lowcock untuk pertemuan virtual tertutup dari 15 anggota Dewan Keamanan.

Baca Juga

Dia mengatakan ada laporan tentang meningkatnya ketidakamanan di tempat lain, yang mungkin disebabkan oleh kekosongan yang diciptakan oleh pengerahan kembali pasukan Ethiopia ke Tigray. PBB prihatin tentang potensi destablisasi nasional dan regional yang lebih luas.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memerintahkan serangan udara dan serangan darat pada 4 November terhadap penguasa Tigray - Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) - karena menentang otoritasnya. Tentara federal Abiy menggulingkan TPLF dari ibu kota regional Mekelle, tetapi pertempuran dengan skala rendah terus berlanjut.

Di wilayah berpenduduk lebih dari lima juta orang itu, ribuan orang diyakini telah tewas dan 950.000 orang telah meninggalkan rumah mereka sejak pertempuran dimulai.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "sangat prihatin" atas situasi di Tigray, kata seorang juru bicara PBB pada Selasa malam. Lowcock mengatakan pemerintah Abiy menguasai antara 60 persen dan 80 persen wilayah di Tigray, tetapi tidak memiliki komando penuh atas pasukan etnis Amhara dan Eritrea yang juga beroperasi di wilayah tersebut.

Puluhan saksi mengatakan pasukan Eritrea berada di Tigray untuk mendukung pasukan Ethiopia, meskipun kedua negara menyangkal hal itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menerima laporan bahwa polisi beroperasi pada sebagian kecil dari kapasitas mereka sebelumnya.

Lowcock meyakini bahwa jika perlindungan dan bantuan tidak segera ditingkatkan maka situasi kemanusiaan akan memburuk. Dia mengatakan ada tuduhan kekerasan seksual dan berbasis gender.

Beberapa pejabat senior PBB baru-baru ini mengunjungi Ethiopia untuk mendorong akses yang lebih besar ke Tigray. Lowcock berharap akan ada kemajuan konkret dalam beberapa hari mendatang untuk memungkinkan bantuan ditingkatkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement